Makassar (Antara Kalbar) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta yang tampil sebagai pembicara memperkenalkan Indonesia Baru pada kegiatan Mukernas VIII Wahdah Islamiyah yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Minggu.
Di hadapan ribuan kader Wahdah Islamiyah se-Indonesia itu, Anis mengajak kader Wahdah mengambil bagian dalam narasi Indonesia untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
"Memimpin Indonesia bukan dengan meraih suara terbanyak, tetapi menjadi otak, hati dan tulang punggung Indonesia," katanya.
Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menambahkan bahwa kebutuhan negara terhadap agama melampaui kebutuhan agama terhadap negara. Negara itu datang dan juga pergi sementara agama akan selalu kekal dan abadi.
Putera kelahiran Bone itu juga menjelaskan bahwa kekuatan Islam di masa mendatang terletak pada narasi dan ide.
"Kekuatan Islam pada masa yang akan datang bukanlah terutama pada basis teritorinya akan tetapi kekuatannya kelak akan ada pada narasi dan ide-idenya." tegas Anis.
Ketua umum DPP Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin, menyatakan jika kedatangan Anis Matta selain untuk bersilaturahim juga untuk berbagi pemikiran.
"Kita tentu bersyukur bahwa ada tokoh nasional sekelas pak Anis hadir di muktamar wahdah," kata Zaitun Rasmin saat memberi sambutan.
Mukernas VIII Wahdah Islamiyah dihadiri oleh ribuan kader dari 116 cabang di seluruh Indonesia, Mukernas Wahdah Islamiyah mengusung tema Meningkatkan Komitmen Kader dan Memantapkan Manajemen Organisasi Serta Memaksimalkan Upaya Untuk Mewujudkan Visi 1436 H.
Sesuai tema mukernas maka Wahdah Islamiyah akan fokuskan untuk mencapai visi 1436 H. Mukernas ini diharapkan melahirkan langkah strategis mewujudkan cita-cita visi 1436 H.
Dia juga menitikberatkan perlunya komunikasi intens dengan pemerintah dan berbagai komponen untuk kemajuan umat dan bangsa di masa mendatang.
"Jadi modal kita kesabaran dan kelembutan, perlu nafas panjang dalam mengarungi perjuangan dengan tantangan dan rintangan yang tidak sedikit," ujarnya dihadapan ratusan peserta Mukernas.
(A. Setiawan)