Pulau Pinang atau lebih dikenal dengan Penang adalah salah satu destinasi wisata di Malaysia yang menarik untuk dikunjungi. Tak hanya bagi wisatawan berkantong tebal, para private traveller atau backpacker pun juga bisa mengeksplor salah satu negara bagian Malaysia ini.
Salah satu yang paling menarik adalah Georgetown, yang dikukuhkan United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai situs warisan dunia.
Sebuah Situs Warisan Dunia adalah suatu tempat Budaya dan Alam, serta benda yang berarti bagi umat manusia dan menjadi sebuah Warisan bagi generasi berikutnya. Georgetown sendiri merupakan ibu kota negara bagian Penang.
Kota ini merupakan salah satu pelabuhan utama di Selat Melaka. Dibuka pada tahun 1786 oleh British East India Company, merupakan persinggahan penting antara perdagangan India dan Cina.
Berdasarkan berbagai referensi dan hasil browsing di internet, akhirnya saya pilih Penang sebagai tujuan wisata. Sudah sejak lama saya keinginan itu sampai akhirnya baru tahun ini bisa terlaksana. Berawal saat iseng-iseng membuka situs Air Asia yang kerap meluncurkan tiket promo ke beberapa negara termasuk ke Malaysia. Saat saya mencoba tujuan dari Kuching ke Penang, tiket promo tidak tersedia.
Kemudian saya mencoba lagi tujuan dari Kuching ke Kuala Lumpur, dan ternyata ada promo untuk bulan September ini dengan harga hanya sekitar Rp 650 ribu pulang-pergi (PP). Alhasil saya pun membeli tiket tersebut via online.
Tentunya ada yang bertanya kenapa melalui Kuching dan Kuala Lumpur? Jawabnya mudah, karena lebih murah sepanjang anda bisa mengatur jadwal keberangkatan seefisien mungkin. Bagi backpacker seperti saya, tinggal di Pontianak adalah sebuah keuntungan. Kalau ingin ke luar negeri, cukup naik bis tujuan Pontianak - Kuching. Transportasi lanjutan di Kuching terbilang lengkap. Kita dapat menuju kota-kota lain di Asia Tenggara atau seluruh dunia. Umumnya setelah transit terlebih dahulu di Kuala Lumpur menggunakan transportasi udara.
Tiket rute Kuching-Kuala Lumpur (PP) sudah di tangan. Tepat tanggal 3 September malam saya berangkat dari Pontianak ke Kuching dengan bus. Perjalanan butuh waktu 10 jam untuk tiba di Sentral Kuching, yakni stasiun bus antarnegara yang terintegrasi dengan mall. Tiba di Kuching sekitar pukul 08.30 waktu setempat. Waktu di Kuching satu jam lebih cepat dibanding Waktu Indonesia Barat.
Sementara berangkat dari Kuching ke Kuala Lumpur pukul 16.05 sehingga masih ada selisih beberapa jam yang saya manfaatkan untuk pergi waterfront sekedar melepas lelah dan makan siang. Tak lupa membeli simcard lokal karena tarifnya lebih murah dibanding harus membayar tarif roaming yang harganya selangit. Pukul 13.30 saya menuju Kuching International Airport untuk siap-siap berangkat ke Kuala Lumpur.
Tepat pukul 16.05 pesawat take-off menuju Kuala Lumpur dan tiba pukul 17.40. Untuk menuju ke pusat kota, saya menggunakan bus yang jauh lebih murah dibanding taksi, cukup merogoh 10 ringgit kita sudah bisa sampai di KL Sentral, stasiun utama terbesar di Kuala Lumpur. Satu ringgit Malaysia, sekitar Rp3.800,-.
Kurang lebih satu jam waktu yang dibutuhkan menuju KL Sentral. Setibanya di KL Sentral, langsung saja saya menuju ke loket kereta KTM antarbangsa yang terletak di lantai dua sebelah kanan untuk membeli tiket tujuan Butterworth. Butterworth adalah kota pelabuhan sekaligus tempat kapal feri yang akan membawa penumpangnya menyeberang menuju Penang.
Awalnya saya berniat membeli tiket dengan fasilitas tempat tidur namun sayangnya tiket tersebut telah habis. Akhirnya saya mem
ilih tiket dengan tempat duduk seharga 34 ringgit. Tempat duduknya lumayan lega dan nyaman sehingga tidur pun tidak begitu sulit. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Butterworth memakan waktu 7 jam. Kereta berangkat pukul 22.00 dan tiba pukul 05.25. Turun dari kereta, saya menuju feri penyeberangan untuk menuju Penang dengan membayar hanya 1,20 ringgit.
Sekitar 45 menit berlayar, feri tiba di Penang. Saya pun turun dan menuju ke Lebuh Chulia dengan jalan kaki berbekal peta. Jarak dari Pangkalan Weld (tempat feri bersandar) tak jauh dari Lebuh Chulia. Cukup 15 menit berjalan kaki.
Di sini, seperti yang ada di referensi catatan perjalanan wisata, kawasan yang terkenal dengan banyak hostle dan penginapan murah bagi para backpacker. Pilihan saya jatuh pada Roommates Penang yang terletak di Lorong Chulia. Tempatnya sederhana namun tenang dan bersih.
Di sini hanya tersedia kamar dengan banyak tempat tidur atau lebih dikenal dengan istilah dormitory. Untuk satu tempat tidur, tarifnya 32 ringgit sudah termasuk sarapan pagi dan handuk. Akhirnya saya merebahkan diri untuk istirahat sejenak sebelum memulai perjalanan menyusuri Penang.
Jam 09.00 pagi setelah sarapan dan mandi, sesuai itinerary (agenda perjalanan), saya menuju Kek Lok Si Temple dengan menggunakan bus Rapid Penang bernomor 502. Oh iya, untuk transportasi di sini anda tak perlu kuatir, bus-bus Rapid Penang akan mengantarkan anda ke destinasi-destinasi wisata yang ada di Penang. Atau jika anda ingin menyusuri Georgetown, anda bisa naik bus CAT yang memang disediakan secara gratis. Untuk tarif bus pun tidak begitu mahal, jarak terjauh anda hanya diminta 4 ringgit. Jarak yang terdekat hanya 1,40 ringgit. Jadi tarif tergantung jauh dekatnya tujuan anda.
Tibalah di Kek Lok Si Temple yang berdiri megah di lereng bukit. Konon, kuil ini disebut kuil Buddha paling indah di Asia Tenggara. Tidak ada biaya masuk untuk kuil ini, namun jika anda ingin memberikan donasi, ada kotak khusus donasi di dalam kuil.
Puas menyusuri Kek Lok Si Temple, giliran Penang Hill atau Bukit Bendera menjadi tujuan saya. Dengan berjalan kaki menuju halte bus, saya pun naik Rapid Penang nomor 204 yang langsung mengantarkan ke Penang Hill sebagai tujuan terakhir bus tersebut. Untuk naik ke puncak Penang Hill, wisatawan dikenakan tarif 30 ringgit naik kereta miring pulang-pergi (pp).
Di Penang Hill, ada museum burung hantu (Owl Museum), botanical garden dan toko-toko yang khusus menjual souvenir. Saya pun bisa melihat Kota Penang dari sini. Bahkan Penang Bridge nampak dari kejauhan terbentang panjang.
Usai berkeliling di Penang Hill, saya menuju halte bus dan naik Rapid Penang 204 menuju Komtar. Komtar merupakan pusat terminal bus Rapid Penang. Di Komtar, saya berganti bus nomor 101 menuju Batu Ferringhi. Sepanjang kawasan ini adalah pantai. Saya menuju ke pantai dan bersantai sejenak menghilangkan lelah. Ada kursi santai disediakan di sana.
Berbagai tawaran permainan pun tersedia di sana, mulai dari banana boat, jetski, terjun payung yang ditarik dengan speedboat dan lainnya. Setelah rasa lelah sedikit terobati dengan pemandangan di pantai, saya kembali ke penginapan dengan menaiki bus nomor yang sama saat menuju ke Batu Ferringhi. Sore hari di penginapan, saya menyempatkan untuk tidur sambil memulihkan tenaga untuk kembali menelusuri Penang.
Malam hari, sekitar pukul 19.00, saya menuju Gurney Drive atau Persiaran Gurney dengan bus nomor 101. Gurney Drive merupakan kawasan seperti waterfront namun di sepanjang jalan ini banyak restoran dan tempat makan. Anda pun bisa bersantai di pinggir pantai karena banyak tempat duduk di sepanjang pinggir pantai.
Pukul 21.00 saya kembali ke penginapan dengan menaiki bus yang sama. Sungguh pengalaman yang luar biasa karena bisa menuju ke destinasi yang sebelumnya hanya saya lihat di televisi dan buku-buku.
Hari kedua, sesuai rencana, saya menyusuri Georgetown yang dikenal sebagai kawasan situs warisan dunia. Dimulai dari penginapan berjalan kaki menuju Fort Cornwallis, sayangnya saat saya berkunjung tempat itu tertutup untuk umum hingga pukul 16.00 karena digunakan salah satu bank di sana menggelar evennya.
Saya pun beralih menuju city hall dan town hall yang kebetulan tidak jauh dari Fort Cornwallis. Kemudian menyusuri Gereja St George yang jaraknya hanya beberapa ratus meter. Dari sana, saya berjalan kaki menuju Pangkalan Weld dan menemui "Made in Penang Interactive Museum". Museum ini sangat menarik bagi saya dan mungkin bagi yang lainnya karena banyak gambar tiga dimensi yang bisa dijadikan obyek foto seolah nyata. Sejarah Penang pun terpapar di mini theatre yang memutar film menceritakan asal mula berdirinya Penang. Ini adalah tempat yang harus dikunjungi jika anda kebetulan berada di Penang.
Selanjutnya, menyeberangi jalan, saya menuju ke Church Street Pier. Di sini, kita juga bisa melihat laut dengan kapal-kapal yang bersandar di tepinya. Dari Church Street Pier, dengan berbekal peta dan buku, saya menuju ke George Town World Heritage yang cukup banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Di kawasan ini, masih berdiri megah bangunan-bangunan lama dengan arsitektur asli dan menarik. Jika anda berada di sini, seolah merasa seperti hidup di jaman dahulu karena bangunannya masih asli sejak dulu hingga kini. Tak heran, kawasan ini dikukuhkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Banyak juga dinding-dinding yang dilukis sedemikian rupa dipadukan dengan sepeda, sepeda motor, kursi sehingga gambar itu menjadi hidup.
Rasanya ingin berlama-lama berada di Penang namun karena waktu yang terbatas, saya pun memutuskan pulang menuju Kuala Lumpur dengan rute dan transportasi yang sama saat pergi. Dari Kuala Lumpur, saya kembali ke Kuching dengan tiket yang sudah dibeli sebelumnya dan melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Pontianak.
*Backpacker asal Pontianak.