Pontianak (Antara Kalbar) - Masyarakat Kalbar mengharapkan anggota Komisi XI DPR RI Dapil Kalbar Michael Jeno bisa memperjuangkan terwujudnya pembangunan pelabuhan darat atau "dry port" di kawasan Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong, Kabupaten Sanggau.
"Saya melihat pak Michael Jeno punya semangat dan kapasitas untuk memperjuangkan dan mendorong agar pelabuhan darat bisa secepatnya di bangun," kata Pengamat Ekonomi Untan Pontianak Profesor Edi Suratman saat menghadiri rakor identifikasi potensi perekonomian wilayah perbatasan Kalbar menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan komitmen yang kuat dari anggota DPR RI asal Kalbar itu, perlu didukung oleh semua pihak, sehingga bisa secepatnya terwujud.
"Saya yakin Michael Jeno bisa memperjuangkan itu, setelah melihat kemampuannya, kalau tidak masyarakat jangan hanya `tidur`, tetapi ikut berjuang membuka mata pemerintah pusat, akan pentingnya dibukanya pelabuhan darat di Entikong demi kemajuan ekonomi masyarakat," ungkapnya.
Menurut dia, saat ini sudah banyak CPO dari Kalbar yang sudah diekspor melalui Malaysia, sehingga berapa besar potensi pajak ekspor yang masuk ke negara tetangga itu.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI dari daerah pemilihan Kalbar Michael Jeno menyatakan pihaknya mendorong terwujudnya pembangunan pelabuhan darat atau "dry port" di kawasan PPLB Entikong, Kabupaten Sanggau.
"Kami akan mendorong terus pemerintah pusat agar secepatnya membangun pelabuhan darat di Entikong, sehingga tidak sekadar omongan kosong," katanya.
Ia menjelaskan Provinsi Kalbar termasuk memiliki anugerah Tuhan YME karena memiliki perbatasan darat langsung dengan negara tetangga, Malaysia, sehingga itu harus bisa bermanfaat dalam mendongkrak perekonomian masyarakat Kalbar dan Indonesia umumnya.
Jeno berharap, dengan akan dimilikinya pelabuhan darat di PPLB Entikong, maka disana nantinya tidak hanya untuk lalu lintas orang saja, melainkan juga sebagai pintu keluar masuknya barang ekspor dan impor.
"Paling tidak komoditas utama Kalbar, berupa CPO nantinya bisa diekspor melalui pelabuhan darat tersebut ke Malaysia, karena di sana fasilitas infrastruktur pendukungnya sudah lengkap untuk kemudian diekspor lagi ke negara lainnya," kata Jeno.
Hal itu, bukan berarti Kalbar akan sangat tergantung dengan fasilitas di Malaysia, tetapi tidak ada salahnya memanfaatkan peluang tersebut. "Sambil kita menunggu penyelesaian pembangunan pelabuhan laut di Mempawah, yang nantinya bisa melayani ekspor dan impor secara langsung," ujarnya.
Tetapi menurut dia, kalau pelabuhan-pelabuhan laut di Mempawah dan Kota Pontianak nantinya sudah siap, maka biarkan saja nantinya bersaing secara sehat, sambil menunggu ekonomi masyarakat Kalbar kuat.
(U.A057/N005)