Surabaya (Antara Kalbar) - Sejumlah petani jagung di Jawa Timur siap menerapkan teknologi pertanian untuk meminimalisir volume impor komoditas jagung khususyan memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di indonesia.
"Langkah itu seperti teknik budi daya terbaik, penggunaan benih unggul, advokasi, dan sosialisasi kepada petani serta penanganan pascapanen yang baik. Upaya ini menjadi upaya nyata mewujudkan peningkatan produksi di pertanian jagung," kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia, Winarno Thohir.
Winarno mengemukakan itu melalui siaran pers tentang Panen Jagung di lahan seluas 24 ribu hektare, di Taman Teknologi Pertanian Desa Banyubang Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jumat.
Apabila hal itu terwujud, yakin dia, mimpi Indonesia untuk swasembada di berbagai komoditas pertanian utama dapat terealisasi. Hal itu juga sesuai dengan cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo sehingga perlu ada dukungan semua pemangku kepentingan.
"Kami harap pemerintah bisa memperkuat infrastruktur dan regulasi tentang penggunaan teknologi mutakhir dalam bidang pertanian," ujarnya.
Oleh sebab itu, jelas dia, Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara yang sukses meningkatkan produktivitas pertaniannya seperti Brazil dan Filipina. Pemanfaatan teknologi pertanian mutakhir juga diharapkan bisa mengatasi permasalahan mahalnya biaya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pertanian.
"Dengan pemanfaatan teknologi terkini, biaya produksi bisa dipangkas dan produktifvitas per hektar lahan bisa ditingkatkan. Selain itu, terobosan teknologi juga diperlukan dalam menghadapi musim yang tidak menentu akibat perubahan iklim," paparnya.
Ketua Kelompok Tani Agribisnis Perdana dari Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, H Sholahuddin menyatakan, kini petani jagung di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, serangan gulma, hama dan penyakit serta perubahan iklim yang berakibat penurunan potensi hasil pertanian.
"Dampaknya, hal itu bisa menghilangkan potensi pendapatan petani," ucapnya.
Di sisi lain, kata dia, mahalnya tenaga kerja di bidang pertanian juga berpotensi menurunkan pendapatan petani. Dengan demikian, pemanfaatan berbagai teknologi mutakhir termasuk bioteknologi diharapkan bisa meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
"Kalau dari sisi peningkatan produktivitas ada potensi sebesar sembilan ton per hektare yang bisa dioptimalkan. Padahal, dari posisi saat ini 6,7 ton sampai tujuh ton per hektare sedangkan di sisi lahan masih ada sekitar 5.000 hektare yang bisa dijadikan lahan tanam baru," tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Wibowo Ekoputro melanjutkan, target produksi pada tahun 2015 di Jatim mencapai 6,2 juta ton pipil kering. Angka itu meningkat dari produksi tahun lalu yang tercatat 5,7 juta ton dan di Jatim produksi jagung terpusat di Sumenep, Tuban, dan Lamongan.
"Dominasi 60 persen atau sekitar 3,5 juta ton dari jumlah itu diserap oleh industri pakan ternak. Dengan terobosan teknologi, upaya ini bisa menjadi salah satu langkah untuk memperkuat posisi Jatim sebagai daerah penyangga produksi jagung nasional," katanya.