Pontianak (Antara Kalbar) - Pengamat Hukum dari Untan Pontianak Dr Hermansyah menyatakan anggota panitia seleksi pimpinan KPK harus proaktif mencari atau bila perlu mendatangi orang yang dinilai memiliki persyaratan menjadi pimpinan KPK periode 2015-2019.
"Sudah saatnya anggota Pansel KPK mengubah perekrutan, dengan proaktif atau meminta kepada orang-orang yang memenuhi syarat, dan jangan hanya menunggu orang datang langsung untuk mendaftar sebagai calon pimpinan KPK periode 2015-2019," kata Hermansyah saat menghadiri diskusi dengan tema "Mencari Sosok Ideal Pimpinan KPK periode 2015-2019" di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan dirinya pesimistis bisa menghadirkan yang punya kredibilitas tinggi, kalau anggota Pansel KPK yang sekarang sifatnya menunggu orang atau anak bangsa yang mendaftar sendiri.
"Karena korupsi bukan persoalan hukum semata, tetapi persoalan budaya dan persoalan anggaran, sehingga dibutuhkan sosok pimpinan KPK juga yang memandang dari segi itu," katanya.
Dibutuhkannya peran aktif anggota Pansel KPK, karena masyarakat masih menganggap tidak mau berebut jabatan, karena dia memandang tentang jabatan hanya amanah yang harus dijalankan. Sehingga sudah saatnya, anggota Pansel Pimpinan KPK untuk menyurati orang-orang tertentu, artinya ibu pertiwi mengundang orang yang berhak maju," katanya.
Oleh karena itu, dia menyarankan anggota Pansel KPK agar menyurati orang-orang yang punya latar belakang baik dan memenuhi persyaratan. "Saya yakin kalau itu dilakukan, bisa saja ada akan muncul orang seperti malaikat," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Pansel KPK, Natalia Subagyo menyatakan pihaknya membutuhkan kerja sama dari tokoh-tokoh masyarakat seluruh Indonesia agar bisa mengusung atau mengajukan orang-orang yang memenuhi syarat untuk masuk seleksi calon pimpinan KPK.
"Kami saat ini sudah menghubungi dan menyurati orang-orang yang berkompeten, tetapi untuk mewajibkan sulit, karena dan risikonya besar, karena ini bukan hal yang mudah. Ke depan pimpinan KPK dibutuhkan orang yang punya integritas tinggi, dan punya kemampuan berkomunikasi yang baik, karena soal komunikasi sangat penting dalam budaya kita," ungkapnya.
Dia menyatakan, pihaknya telah berupaya sekeras mungkin dalam menyeleksi delapan orang calon pimpinan KPK dengan mengikutsertakan peran masyarakat dalam memilihnya.
"Sehingga kita bisa meminimalisir kekurangan yang ada. Agar menemukan minimal calon yang mendekati ideal, karena untuk menemukan yang benar-benar ideal mustahil," ujarnya.
Menurut Natalia, pimpinan KPK ke depannya juga harus bisa saling mengisi, sehingga akan dicari dari berbagai ilmu, tidak hanya dari ilmu hukum saja, bisa juga dari ilmu IT dan lain sebagainya, seperti pimpinan KPK periode pertama.
(U.A057/N005)