Seoul (Antara Kalbar) - Salah satu badan kegiatan nuklir Korea Utara mengatakan duga-duga apakah yang di Pyongyang baru-baru ini bom hidrogen atau bukan tampak luput menangkap pesannya.
"Kekhawatiran terbesar saya bukan apakah mereka benar-benar menguji bom hidrogen, melainkan bahwa mereka melakukan uji ledak," kata mantan kepala Laboratorium Los Alamos, Siegfried Hecker, dalam wawancara, yang diterbitkan pada Kamis di Buletin Ilmuwan Atom.
"Karena uji itu berhasil, mereka akan mencapai kemutakhiran lebih tinggi dalam rancang bom. Itu uji keempat mereka, dengan setiap uji mampu mempelajari banyak hal," kata Hecker.
Pernyataan Pyongyang, yang menyebutkan berhasil menguji bom hidrogen pertama mereka pada Rabu, disangkal ahli nuklir, yang mengatakan perkiraan hasil sekitar enam kiloton tersebut sama denga uji nuklir Korea Utara pada 2013 dan jauh di bawah alat kuat termonuklir.
Hecker, yang telah mengunjungi Korea Utara tujuh kali sejak 2004, sependapat bahwa sangat tidak mungkin bom tersebut adalah bom hidrogen, yang canggih dan rumit dan diperkirakan masih jauh dari jangkauan Korea Utara.
Meskipun demikian, dia menyebutkan bahwa asal usul uji coba Rabu lalu mungkin tidak akan pernah diketahui dikarenakan adanya kesulitan dalam mendapatkan sisa-sisa radioaktif dari peledakan yang dilakukan jauh di bawah tanah.
Saat menulis dalam terbitan sama, Jeffrey Park, seismologis pengajar di Universitas Yale, mengatakan sinyal seismik dari uji pada Rabu sangat mirip dengan yang dihasilkan pada uji 2013.
"Penjelasan termudahnya adalah, itu merupakan sebuah uji coba lanjutan sebuah peralatan yang memiliki desain yang sama," ujar Park.
Hecker, sementara itu, mengatakan fokus utama Korea Utara kemungkinan adalah mengecilkan sebuah senjata yang akan cukup dimasukkan dalam ujung misil balistik.
Untuk menunjukkan sebuah ancaman yang kredibel, Hecker berpendapat bahwa Korea Utara perlu untuk dapat mengancam daratan Amerika Serikat atau aset-aset Amerika Serikat di Luar Negeri.
"Pada saat ini, apa yang membuat peralatan nuklir mereka lebih berbahaya bukanlah daya ledak bom itu, namun ukuran, berat, dan kemampuan untuk membawanya dengan misil-misil," dia mengatakan.
Korea Utara berkata bahwa uji coba Rabu lalu merupakan uji alat yang diperkecil, namun pendapat ahli terpisah terkait sejauh mana Pyongyang menguasai teknologi pengecilan.
Dan Hecker juga menunjuk bahwa jika negara itu mampu meletakkan sebuah hulu ledah di dalam misil, Pyongyang tidak menunjukkan bukti-bukti sistem peluncuran jarak jauh yang kredibel.
"Perjalanan Korea Utara masih jauh dari kemampuan untuk menyerang daratan Amerika Serikat," ujarnya.
"Mereka hanya berhasil melakukan peluncuran angkasa sekali saja. Membutuhkan lebih banyak, namun telah melakukan usaha besar untuk mencapainya," tambahnya.