Jakarta (Antara Kalbar) - Presiden Joko Widodo berharap reforma agraria
dapat menjadi cara baru untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan
ekonomi, khususnya di pedesaan.
"Semangat reformasi agraria
adalah terwujudnya keadilan dalam penguasaan tanah, kepemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam," kata Jokowi saat
memimpin rapat terbatas membahas reforma agraria di Kantor Kepresidenan
Jakarta, Rabu.
Presiden berharap reforma agraria juga harus
dapat menjadi cara baru menyelesaikan sengketa agraria, antara
masyarakat dengan perusahaan, dan antara masyarakat dengan pemerintah.
"Saya minta kementerian dan lembaga-lembaga terkait melakukan
langkah-langkah percepatan inplementasi reforma agraria," katanya.
Presiden mengatakan kebijakan peta tunggal atau "one map policy",
meliputi langkah-langkah sinkronisasi sistem hukum dan semua peraturan
sehingga tidak menimbulkan dualisme, tidak menimbulkan multitafsir dan
mengakibatkan sengketa agraria.
Jokowi juga meminta untuk menjalankan penataan sektor pertanahan melalui legalisasi sertifikat aset.
"Pendekatan ini sangat perlu sekali, jangan sampai terjadi seperti
sebelum-sebelumnya bahwa rakyat mengurus sertifikat bertahun-tahun
tetapi yang gede-gede kalau ngurus sertifikat hanya sehari dua hari tiga
hari. Harus terbalik," kata Presiden.
Jokowi meminta kepada
para pembantunya untuk segera mengimplementasi program penyediaan akses
tanah melalui redistribusi, terutama hak guna usaha yang tidak
diperpanjang, tanah-tanah terlantar dan pelepasan serta pemanfaatan
kawasan hutan.
"Kawasan hutan juga sama, arahnya sekarang ke fungsi. Fungsi tentu saja terhadap manfaat bagi rakyat," katanya.
Presiden memerintahkan untuk melakukan edukasi serta penguatan pada
masyarakat untuk memperbaiki tata guna sehingga lebih produktif.
Jokowi mengungkapkan telah memberikan target kepada menteri Agraria
dan Tata Ruang/BPN agar pensertifikatan tanah itu dilakukan dengan
besar-besaran.
"Tadi angka-angkanya sudah diberikan kepada
saya, berapa biaya yang diperlukan. Tapi saya kira kalau bisa kerja sama
pemerintah provinsi, kabupaten/kota ini akan lebih mempercepat,"
katanya.
Presiden meminta untuk fokus ke dua atau tiga
provinsi namun setiap tahun akan tambah sehingga paling tidak
pensertifikatan bisa mencapsi lima juta per tahun sudah menjadi lompatan
yang sangat besar.
"Saya tahu bahwa masih ada kekurangan
juru ukur, namun saya kira terobosan menteri BPN akan segera dilakukan
sehingga pekerjaan-pekerjaan lapangan bisa diselesaikan dengan baik,"
harapnya.
Presiden Harap Reforma Agraria Atasi Kemiskinan
Rabu, 24 Agustus 2016 16:01 WIB