Beijing (Antara Kalbar) - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia masih harus meningkatkan promosi pariwisatanya ke Tiongkok untuk mencapai target 20 juta wisman pada 2019.
"Setiap tahun jumlah turis Tiongkok ke mancanegara rata-rata 100 juta orang. Namun, hanya sekitar 1 persen yang ke Indonesia. Padahal, promosi sudah kerap dilakukan," katanya dalam pengarahannya kepada seluruh kepala perwakilan RI di Tiongkok di Beijing, Kamis (9/2) malam.
Ia menuturkan bahwa saat ini Tiongkok tengah mengalami "over investment" di dalam negeri yang dapat dijadikan peluang oleh Indonesia.
"Indonesia harus dapat menarik banyak investasi dari Tiongkok. Misalnya, untuk infrastruktur, pengembangan manufaktur, dan menarik turis dari Negeri Panda tersebut," tutur Bambang.
Ia mengemukakan bahwa turis mancanegara terbesar ke Indonesia masih Malaysia dan Singapura, disusul Jepang dan Tiongkok, Korea Selatan, India, Australia, dan negara lain.
"Jika kita petakan, untuk negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura, kita relatif tidak perlu lagi promosi karena mereka sudah lebih mengenal Indonesia, jarak pun dekat," katanya.
Dalam rapat terbatas mengenai "branding Indonesia", khusus pariwisata, beberapa waktu lalu, kata Menteri, terungkap Tiongkok termasuk ke dalam kategori jumlah turis dan minatnya ke Indonesia masih sangat sedikit.
"Pengertian sedikit di sini adalah jumlah kunjungan turis Tiongkok ke Indonesia dibandingkan jumlah seluruh turis Tiongkok yang melancong ke mancanegara. Potensinya sangat besar sekitar 100 juta turis Tiongkok bepergian ke mancanegara setiap tahun, tetapi yang berlibur ke Indonesia masih sedikit, yakni hanya 1 persen," ujar Bambang.
Menurut dia, yang harus diwaspadai adalah minat turis Tiongkok ke Indonesia juga masih sedikit. Hal ini banyak faktor, antara lain, kurangnya promosi.
Selain itu, kualitas turis Tiongkok ke Indonesia juga masih rendah, dari sisi "spending". Padahal, orang Tiongkok itu jika berbelanja tidak tanggung-tanggung, jika melancong ke Eropa, seperti Paris.
Bagaimanapun, lanjut Bambang, sektor pariwisata menjadi penting bukan karena jumlah turis yang banyak, melainkan jumlah pengeluaran yang dilakukan turis selama berlibur di suatu destinasi, dalam hal ini Indonesia.
"Turis Tiongkok, kelas dan kualitasnya yang ke Indonesia juga masih rendah. Jadi, jumlahnya masih rendah, kualitas dan kelasnya rendahnya, minatnya ke Indonesia juga rendah. Ini tantangan bagi perwakilan RI di Tiongkok untuk berupaya lebih meningkatkan turis Tiongkok ke Indonesia," katanya.
Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Soegeng Rajardjo mengatakan bahwa promosi Indonesia dapat secara simultan, yakni di dalam negeri dan luar negeri, antara lain, melalui perwakilan RI seperti Kedutaan Besar RI dan Konsulat Jenderal RI.
"Perilaku kita di dalam negeri, juga salah satu bentuk sederhana dari promosi kepada turis yang tengah berlibur di Indonesia. Buatlah Indonesia aman dan nyaman bagi turis yang datang," katanya.
Dubes Soegeng menambahkan bahwa "branding nation" untuk pariwisata Indonesia, tidak perlu muluk-muluk, tetapi mudah diingat dan dipegang teguh oleh semua pemangku kepentingan di dalam negeri sehingga menarik minat investor dan turis datang ke Indonesia.
Rapat Koordinasi Perwakilan RI di Tiongkok berlangsung 2 hari dihadiri Konsulat Jenderal RI di Shanghai, Guangzhou, Hong Kong, perwakilan Bank Indonesia di Tokyo, seluruh perwakilan bank BUMN dan maskapai Garuda Indonesia.