Pontianak (Antara Kalbar) - Program Manager Jaringan Aspirasi Rakyat Indonesia (Jari) Borneo Barat, Faizal Reza mengatakan saat ini peningkatan peran dalam pembangunan di Kalbar oleh kaum perempuan harus terus didukung dan ditingkatkan.
Hal itu menurutnya lantaran peran dan kiprah perempuan sangat dibutuhkan agar segala aspek pembangunan yang ada dapat mencakup semua hal.
"Baik dalam politik, ekonomi, sosial dan lainnya perempuan harus hadir karena dapat melengkapi apa yang dicanangkan. Kita tidak mau perempuan hanya menjadi objek namun subjek pembangunan," ujarnya saat menjadi pemateri tentang pengarusutamaan responsif gender dalam pembangunan di Pontianak, Rabu.
Peningkatan peran perempuan kata dia terutama bagi di daerah khususnya di lingkungan desa. Apalagi saat ini pembangunan melalui desa sudah menjadi perhatian serius oleh pemerintah.
"Saat ini kita perhatikan partisipasi perempuan sudah ada di desa namun suara dari perempuan masih belum menjadi perhatian. Kita tidak mau hanya hadir namun tidak bisa berpendapat dan kalau berpendapat tidak didengar," kata dia.
Ia memaparkan bahwa peran perempuan di desa katanya sudah jelas di atur di UU Desa. Ada beberapa pasal menurut Faizal menyebutkan bahwa semua pihak termasuk perempuan memiliki kesempatan yang sama di desa.
"Namun selama ini peran perempuan di desa masih minim. Kepala desa di Kalbar dari kaum perempuan masih di bawah satu persen. Secara umum dari regulasi dan program terhadap perempuan oleh pemerintah sudah sangat banyak tinggal diambil peluang saja. Contoh di politik di mana partai wajib mengusung caleg minimal ada 30 persen dari unsur perempuan," papar dia.
Ia mengapresiasi saat ini di Kalbar aktivis perempuan sudah masuk di legislatif maupun di yudikatif dengan posisi strategis seperti Wakil Bupati Sambas, Anggota DPRD Kalbar dan Anggota DPR RI.
"Dengan peran di pemerintahan dan lainnya itu menunjukkan kiprah perempuan di berbagai lini sudah muncul. Harapan kita mereka dapat memperjuangkan kaumnya dengan maksimal," papar dia.
Pada sisi lain kata Faisal secara umum memang tantangan terhadap perempuan untuk berperan dalam pembangunan masih besar. Ia mencontohkan seperti soal kapasitas dan kemampuan perempuan itu sendiri. Belum lagi soal prospektif dan adat istiadat yang ada selama ini.
"Oleh karena itu peran semua pihak bahwa kesetaraan gender itu harus disuarakan. Perempuan khususnya harus mampu memperkuat kapasitasnya dan memanfaatkan peluang yang ada," kata dia.