Pontianak (Antara Kalbar) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria menyatakan, produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi lambat, diduga karena ada kesengajaan dibagian produksi perusahaan tersebut.
"Karena dalam waktu beberapa bulan lagi Direktur Utama PTDI Budi Santoso akan segera mengakhiri masa jabatannya karena sudah menjabat dua periode untuk jabatan dirut. Tentu saja ini sudah jadi tradisi kalau diantara direksi PTDI ada yang 'bernafsu untuk mengantikan posisi Budi Santoso tersebut," kata Sofyano Zakaria kepada Antara di Pontianak, Rabu.
Ia menjelaskan, sudah diakui bahwa keterlambatan pesanan para konsumen PTDI seperti TNI-AL, TNI-AU, negara Thailand, Philipina seperti ada dugaan kesengajaan yang dilakukan oleh bagian produksi dari PTDI yang dipimpin oleh Direktur Produksi PTDI, Ari Wibowo.
"Karena itu kinerja PTDI yang sudah mulai bangkit dari keterpurukan menjadi kembali sebagai satu-satunya perusahaan pembuat pesawat terbang di Asia Tenggara menjadi sedikit menurun kinerjanya akibat ketidak becusan jajaran Produksi PTDI yang dipimpin Ari Wibowo tersebut," ungkapnya.
Sehingga, sepertinya ada benang merah antara keinginan Ari Wibowo untuk bisa mengantikan posisi dirut PTDI agar dengan keterlambatan memenuhi pesanan pelanggan PTDI yang disalahkan justru dirut dan jajaran lainnya, katanya.
"Padahal jika ada kekompakan dan tidak ada kepentingan pribadi, seharusnya PTDI mampu tepat waktu dalam memproduksi pesanan dari konsumennya dan tidak perlu terkena penalti oleh para konsumen akibat terlambat pesanan tersebut," katanya.
Untung saja direksi dan jajaran lainnya mampu melakukan negoisasi baik secara personal maupun lewat arbitrasi internasional dapat mengurangi beban pembayaran ganti rugi dari klaim para konsumen PTDI yang memesan produk PTDI dan terlambat pesanannya itu.
"Apapun PTDI harus jadi kebanggaan bangsa Indonesia, dan karena itu menteri BUMN harus hati-hati menempatkan seseorang untuk posisi dirut PTDI ke depannya," kata Sofyano Zakaria.