Sintang (Antara Kalbar) - Bupati Sintang, Jarot Winarno didampingi Kapolres Sintang, AKBP Sudarmin dan Dandim 1205/Stg menggelar konferensi pers menyikapi isu adanya konflik SARA di Kecamatan Ketungau Tengah, Rabu.
Di hadapan para wartawan, Bupati Sintang, Jarot Winarno menegaskan tidak ada konflik antar agama yang terjadi di Kecamatan Ketungau Tengah, seperti isu yang beredar di media sosial.
Jarot menjelaskan, sudah bertahun tahun kehidupan antar suku, bangsa dan agama di Ketungau Tengah berlangsung rukun dan damai. Tidak pernah terjadi konflik SARA di kecamatan tersebut.
"Adanya eksodus sejumlah masyarakat Muslim dari Ketungau Tengah ke Sintang bukan karena adanya perselisihan antar agama. Asal muasal penyebab eksodus sejumlah warga Ketungau Tengah ke Sintang hanya karena persoalan sengketa tanah," katanya.
Dikatakan Jarot, di Kecamatan Ketungau Tengah tidak ada perselisihan antar agama. Masyarakat Muslim tinggal rukun dan damai dengan masyarakat non Muslim di daerah itu.
Fakta yang terjadi di lapangan, kata Jarot, hanya persoalan sengketa lahan antara Sugeng dengan Iskandar. Sengketa lahan ini terjadi di Mungguk Payan Kecamatan Ketungau Tengah.
Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Sintang, Budiharto menjelaskan, persoalan sengketa lahan antara Sugeng dengan Iskandar ini, kemudian diselesaikan melalui hukum adat setempat. Berdasarkan putusan adat tingkat Kecamatan Ketungau Tengah, Sugeng dianggap pemilik sah tanah tersebut. Namun Iskandar tidak terima terhadap keputusan itu, dan mengajukan banding ke Temenggung tingkat Kabupaten Sintang. Pengajuan banding itu akan diproses setelah Idul Fitri.
Ternyata perkembangannya selanjutnya, muncul isu pengusiran yang dilakukan Sugeng terhadap Iskandar dan sejumlah warga Muslim di Dusun Mungguk Payan. Hal itu diperkuat dengan adanya kedatangan 10 KK dari Dusun Mungguk Payan ke Kota Sintang.
Budiharto menegaskan tidak ada pengusiran terhadap warga Muslim di Ketungau Tengah. Warga yang datang ke Sintang hanya pindah sementara. Pemkab Sintang akan menjamin keamanan warga yang pindah ke Sintang untuk kembali ke desa mereka.
Ditegaskan Budiharto, kedatangan sejumlah warga Ketungau Tengah ke Sintang bertujuan untuk mencari pekerjaan. Sebab saat ini harga jual karet dan lada sangat rendah.
"Kami minta segenap elemen masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh isu provokatif yang berpotensi menjadi konflik sosial," katanya.
Dia meminta warga Ketungau Tengah yang tinggal sementara di Sintang diimbau untuk kembali ke Ketungau, guna menggarap lahan yang ditinggalkan. "Pemkab Sintang akan memfasilitasi kepulangan warga Dusun Mungguk Payan," katanya.
Bupati Sintang: Tidak Ada Konflik SARA di Ketungau Tengah
Rabu, 21 Juni 2017 14:22 WIB