Mempawah (Antara Kalbar) - Sekretaris Daerah Kabupaten Mempawah Mochrizal mengatakan kekisruhan yang merebak di sejumlah wilayah di Indonesia, akibat dari rendahnya kesadaran dan wawasan multikulturalisme atau kemajemukan sebuah bangsa.
Hal tersebut disampaikannya dalam rangkaian kegiatan pengembangan multikulturalisme dengan tema “Membangun sikap toleransi dalam kehidupan sosial†yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, di Wisata Nusantara Resort Mempawah, Selasa.
Dikatakan bahwa pemerintah saat ini mencari terobosan, yaitu dengan strategi menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai multikulturalis.
"Karena itu multikulturalisme bisa ditransfer ke dalam pembelajaran bercorak multikultural. Hal itu merupakan upaya penyadaran terhadap adanya keanekaragaman. Sekaligus membiasakan untuk memperlakukan setiap etnis, budaya, dan agama yang berbeda secara egaliter," ujar Sekda Mochrizal.
Sebanyak 75 pelajar sekolah menengah atas se-Kabupaten Mempawah mengikuti rangkaian kegiatan pengembangan multikulturalisme itu. Mereka mendapatkan penguatan dan transformasi pengalaman yang subjektif ke pengalaman dengan subjektivitas, tang diharapkan dapat berperan ganda.
"Berbagai pengalaman dan pencerahan dalam kegiatan pengembangan multikulturalisme ini harus jadi pengalaman pribadi untuk didialogkan bersama-sama mencari titik temu. Kita harapkan kegiatan ini bermanfaat bagi generasi muda dalam memahami kemajemukan dan kebinekaan," kata Mochrizal.
Sementara Kepala Bidang Kewaspadaan dan Penanganan Konflik Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kalimantan Barat, Tarmizi Samad mengatakan kegiatan pengembangan multikulturalisme adalah bentuk dukungan atas upaya pemerintah mencegah dan meminimalkan potensi konflik antar-etnis sebagai akibat kegagalan memahami konsep Bhinneka Tunggal Ika.
Pihaknya ingin memberikan pengetahuan tentang perbedaan dan persamaan, termasuk hal-hal positif yang dimiliki suku-suku bangsa khususnya di Kalimantan Barat.
"Kita hendak menumbuhkembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sosial yang didasarkan pada pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman asasi yang ada," ucapnya.
Tarmizi menerangkan, metode yang digunakan dalam kegiatan adalah diskusi aktif para peserta dalam bentuk sub-sub kelompok. Metode itu dipilih guna memberikan ruang kepada para pelajar menyampaikan pendapatnya melalui musyawarah, mufakat, dan pemahaman terhadap perbedaan pola pikir yang dimiliki orang lain terhadap suatu masalah.
Kegiatan pengembangan multikulturalisme dengan tema "Membangun sikap toleransi dalam kehidupan sosial" yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat itu diantaranya menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi, dan tokoh masyarakat yang berasal dari suku bangsa yang berbeda di masing-masing kabupaten/kota.
Kegiatan terlaksana melalui kerja sama Badan Kesbangpol Kalimantan Barat dengan unit kerja atau instansi pelaksana fungsi Kesatuan Bangsa dan Politik di lingkungan pemerintah kabupaten/kota di Kalbar.
(AZ/N005)