PBB, New York (Antaranews Kalbar) - Lebih dari 16.000 bayi telah dilahirkan di berbagai kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh dalam sembilan bulan sejak kerusuhan memaksa mereka meninggalkan rumah mereka di Myanmar, kata seorang juru bicara PBB pada Kamis (17/5).
"Lebih dari 60 bayi Rohingya dilahirkan di kamp pengungsi Bangladesh setiap hari," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. "Itu berarti lebih dari 16.000 bayi dilahirkan dalam sembilan bulan sejak puncak kerusuhan di Negara Bagian Rakhine." Saat gelombang baru kerusuhan meletus di Negara Bagian Rakhine di Myanmar pada akhir Agustus tahun lalu, beredar laporan mengenai perkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan serta anak perempuan, kata Haq.
"Perempuan dan anak kecil yang merupakan penyintas kekerasan seksual termasuk di antara yang paling rentan dan tersisihkan di antara lebih dari 800.000 pengungsi Rohingya di Cox's Bazar (di bagian paling selatan Bangladesh). Mereka memerlukan dukungan khusus sementara perempuan dan anak perempuan mungkin tak bisa tampil akibat pandangan negatif dan hukuman lain," katanya.
"UNICEF (Dana Anak PBB), yang bekerjasama dengan mitranya, menyediakan perawatan sebelum dan pasca-kelahiran buat ibu dan bayi mereka," kata wakil juru bicara PBB tersebut. "UNICEF mengerahkan sebanyak 250 relawan masyarakat untuk memastikan bahwa makin banyak perempuan pergi ke instalasi perawatan kesehatan sebelum dan setelah mereka melahirkan." UNICEF juga menyarankan pendaftaran kelahiran yang layak dan sah buat bayi. Lembaga PBB tersebut khawatir tanpa dokumen itu, bayi akan menghadapi kesulitan untuk memperoleh akses ke layanan dasar penting padahal mereka berhak memperoleh itu.
Dari semua bayi yang dilahirkan di kamp pengungsi sejak September, hanya sebanyak 3.000 --atau satu dari lima bayi-- dilahirkan di instalasi kesehatan, kata Badan Anak Dunia tersebut. Hanya sebanyak 18 persen ibu saat ini melahirkan di pusat kesehatan.
UNICEF menyatakan lembaga PBB itu juga telah mengerahkan hampir 250 relawan masyarakat untuk memastikan bahwa makin banyak perempuan pergi ke pusat perawatan kesehatan sebelum dan setelah mereka melahirkan.