Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari, Papua Barat, Denny Putiray, di Manokari, Rabu, mengatakan, fenomena ini merupakan gerhana Bulan terlama sepanjang 100 tahun ini.
"Diperkirakan gerhana Bulan mulai dari jam 00.13 WIB dan berakhir pada jam 06.30? WIB. Puncaknya terjadi pada jam 03.00 hingga 04.13 WIB, durasinya cukup lama kurang lebih 103 menit," kata Putiray.
Ia menyebutkan, di wilayah Papua atau Indonesia bagian timur gerhana Bulan total dapat disaksikan dari pukul 02.00 hingga 08.30 WIT. Puncaknya dari pukul 05.00 hingga pukul 06.30.
Baca juga: Super blue blood moon akan terlihat lagi pada 2028 dan 2037
Baca juga: Warga Saksikan Gerhana Bulan Di Tepian Kapuas
Baca juga: Warga Pontianak antusias saksikan gerhana bulan
"Kami di wilayah Papua bisa menyaksikan pada pagi hari. Saat bangun subuh kita bisa saksikan puncak gerhana," kata dia lagi.
Secara teori, lanjut dia, pergerakan Bulan berdampak terhadap cuaca. Tidak menutup kemungkinan hujan, angin terjadi menjelang gerhana Bulan.
"Seperti pasang surutnya gelombang air laut, bisa juga angin. Sehingga masyarakat terutama yang bekerja di laut harus waspada," katanya.
Gerhana Bulan juga sudah terjadi pada 31 Januari 2018 lalu. Menurut Putiray, fenomena gerhana Bulan terjadi karena pergerakan Bumi dan Bulan yang lurus sejajar dengan Matahari.
"Dan tidak setiap wilayah atau negara bisa menyaksikan. Seperti gerhana ini nanti, setiap wilayah Indonesia bisa menyaksikan gerhana, tapi ada negara lain tidak bisa," katanya.
Ia menambahkan, pada gerhana Bulan, 28 Juli ini pada puncaknya, Bulan akan terlihat berwarna kemerah-merahan. Kondisi itu akan berlangsung cukup lama bahkan terlama sepanjang abad ini.