Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan BI Kalbar, Prijono mengatatakan tekanan inflasi pada awal 2019 di menurun namun demikian hal tersebut tetap harus diwaspadai.
"Pada awal tahun tekanan harga di Provinsi Kalbar relatif menurun. Inflasi indeks harga konsumen Kalbar Januari 2019 tercatat sebesar 0,66 persen. Sedangkan untuk tahunan inflasi Kalbar tercatat sebesar 4,05 persen atau Iebih rendah dibandingkan dengan Desember 2018 sebesar 3,85 persen," kata Prijono di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan meskipun tekanan harga secara umum menurun, namun harga beberapa komoditas bahan makanan terpantau masih cukup tinggi.
"Komoditas tersebut seperti sotong, daging ayam ras dan telur ayam ras yang menjadi pendorong inflasi pada Januari 2019 di Kalbar. Inflasi IHK di Kalbar berada dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3,5 +-1 persen," papar dia.
Menurutnya, kenaikan harga sotong disebabkan oleh cuaca ekstrem di lautan yang mempengaruhi pasokan. Adapun kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras Iebih dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan menjelang perayaan Imlek.
"Pada sisi lain, penurunan harga BBM non subsidi pada awal tahun serta turunnya harga sawi hijau dan bayam menjadi penahan Iaju inflasi Iebih lanjut," kata dia.
Pada Februari ini yang ada di dalamnya perayaan Imlek dan Cap Go Meh, tekanan harga diperkirakan masih terjadi namun pada tingkat yang lebih terkendali.
"Terdapat beberapa resiko inflasi yang perlu diperhatikan yaitu masih relatif ekstremnya kondisi cuaca serta terjadinya bencana alam di sentra produksi bahan makanan yang dapat berpengaruh terhadap pasokan bahan makanan," kata dia.
Dalam rangka pengendalian inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalbar akan terus memperkuat koordinasi kebijakan.
"TPID Kalbar terus memantau harga dan melakukan koordinasi agar tekanan inflasi terus terkendali," kata dia.