Badan Pangan dan Pertanian (FAO) serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah dua badan yang khusus ditunjuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memimpin dan membantu usaha mempromosikan keselamatan pangan secara global.
Pada 7 Juni 2019, dunia pertama kalinya memperingati Hari Keselamatan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) setelah Majelis Umum PBB mengadopsi ketetapan ini pada Desember 2018. Tema yang disepakati tahun ini yaitu "Keselamatan Pangan adalah Tanggung Jawab Kita Semua".
Keamanan pangan adalah tidak adanya zat pada makanan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.
Bahaya yang ditularkan melalui makanan dapat bersifat mikrobiologis, kimia, atau fisik dan sering tidak terlihat oleh mata, seperti bakteri, virus, atau residu pestisida.
“FAO berkomitmen untuk dunia tanpa kelaparan. Memastikan bahwa makanan itu aman sangat penting dalam agenda kami. Industri memiliki peran penting dalam memastikan bahwa makanan tetap aman di setiap tahap makanan mulai dari produksi hingga ke konsumen,“ kata Perwakilan FAO di Indonesia Stephen Rudgard dalam pernyataannya menandai Hari Keamanan Pangan Dunia, yang diterima ANTARA, Jumat.
Indonesia adalah negara berpenghasilan menengah, dengan jumlah penduduk terus meningkat sampai 260 juta jiwa.
Konsumen Indonesia mewakili pasar besar untuk industri makanan besar dan cepat dalam bentuk bisnis makanan "siap saji", restoran, supermarket, katering, dan pedagang kaki lima yang cukup besar.
Para pemain dalam rantai makanan Indonesia berkisar dari produsen pertanian domestik dan importir makanan melalui distributor dari berbagai titik penjualan dan akhirnya ke konsumen.
Berbagai makanan yang tersedia dan dapat diakses oleh konsumen, melalui sistem yang cukup kompleks ini berubah dengan cepat.
Menurut FAO, hal ini merupakan tantangan besar bagi pembuat kebijakan untuk memastikan keamanan pangan di setiap langkah rantai makanan.
Sekitar 600 juta kasus penyakit yang disebabkan oleh makanan terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Makanan yang tidak aman merupakan ancaman bagi kesehatan manusia dan ekonomi.
Hal ini memengaruhi orang-orang yang rentan dan terpinggirkan, terutama perempuan dan anak-anak, populasi yang terkena dampak konflik, dan migran.
Diperkirakan tiga juta orang di seluruh dunia, di negara maju dan berkembang, meninggal setiap tahun karena makanan dan penyakit yang ditularkan melalui air.
Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. N. Paranietharan menekankan pentingnya menjadikan makanan yang aman sebagai prioritas.
“Akses pada makanan yang aman dan bergizi cukup adalah kunci untuk kehidupan yang lebih sehat dan lebih produktif. Kita dapat mencapai ini dengan memastikan makanan yang berkualitas dan aman secara konsisten tersedia untuk semua orang,” kata Dr. Paranietharan.
Situasi keamanan pangan di Indonesia
Pada 2017, ada 163 wabah penyakit bawaan makanan di seluruh Indonesia menurut Direktorat Kesehatan Lingkungan dan Public Health Emergency Operation Center (PHEOC) dari Kementerian Kesehatan.
Data ini menunjukkan bahwa wabah keracunan makanan adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia.
Di Indonesia, peran dan tanggung jawab dalam keamanan pangan dibagi di antara berbagai kementerian dan lembaga, apakah itu makanan segar, makanan olahan, atau makanan siap saji.
Kementerian Pertanian serta Kementerian Kelautan dan Perikanan bertanggungjawab untuk mengatur makanan segar.
BPOM terutama mengendalikan makanan olahan, Kementerian Kesehatan dan otoritas kesehatan setempat menjaga makanan siap saji, dan kemudian Kementerian Perdagangan, Industri, dan badan pemerintahan lain juga memiliki peran dalam sistem pangan.
Akses kepada makanan yang aman adalah kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu sangat penting untuk mencapai keamanan pangan dan gizi.
Ketahanan pangan tercipta saat semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi untuk makanan yang cukup, aman dan bergizi dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka untuk menjalankan kehidupan yang aktif dan sehat.
Sayangnya, praktik sanitasi dan kebersihan yang buruk (termasuk makanan yang tidak aman) adalah penyebab utama malnutrisi di Indonesia.
Konsumsi makanan yang tidak aman menyebabkan penyakit bawaan makanan, yang menyebabkan kekurangan gizi, karena kehilangan gizi dan kapasitas penyerapan yang buruk, terutama bayi dan anak kecil yang rentan terhadap penyakit bawaan makanan.
BPOM dan Kementerian Kesehatan, didukung oleh FAO dan WHO telah membangun kapasitas otoritas yang kompeten dalam keamanan pangan untuk menilai sendiri sistem kontrol makanan mereka.
Keamanan pangan adalah kunci untuk mencapai beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).
Makanan yang aman berkontribusi pada kemakmuran ekonomi, meningkatkan pertanian, akses pasar dan pariwisata.