Lampung (ANTARA) - Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ECTAD bekerja sama dengan Kantor Berita Antara memberi pembekalan kepada 16 media, baik cetak, elektronik (online) dan TV terkait tantangan baru dalam menghadapi zoonosis di Indonesia.
Chief Technical Advisor FAO ECTAD (unit khusus di bidang kesehatan hewan) Luuk Schoonman menjelaskan bahwa penyakit zoonosis,yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya, ini dapat memengaruhi ketahanan pangan dan mata pencaharian suatu negara.
"Faktanya setengah dari 900 juta penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, menggantungkan kehidupannya pada peternakan," kata Luuk pada pembukaan Media Fellowship Program 2019 di Lampung, Rabu.
Luuk menjelaskan salah satu dari penyakit zoonosis, yakni flu burung menyerang 32 dari 34 provinsi di Indonesia pada 2003-2004. Wabah ini menyebabkan 16,2 juta unggas mati, 168 orang meninggal dunia dengan 200 kasus infeksi pada manusia terbesar di dunia.
Atas kondisi tersebut, FAO pun dengan bantuan pendanaan dari USAID dan bekerja sama dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, turut menanggulangi bahaya yang ditimbulkan dari zoonosis kepada hewan unggas dan manusia.
Hasilnya, terdapat penurunan angka kasus flu burung dari 2.751 kasus pada 2007 menjadi 476 pada 2018. Hingga kini, FAO meningkatkan kapasitas lebih dari 3.000 petugas kesehatan hewan di 32 provinsi. Selain itu, lembaga ini juga menggandeng 11 Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia untuk menyosialisasikan penyebab dan dampak dari zoonosis.
Dalam kesempatan sama, Jurnalis Senior dari Kantor Berita Antara, Priyambodo, sebagai pemateri untuk peliputan dan pemberitaan sains populer, mengatakan bahwa seringkali terdapat istilah-istilah asing yang sulit untuk dipadankan dalam membuat suatu karya jurnalistik sehingga mudah dicerna masyarakat.
"Sebagai media, kita harus bisa melakukan negosiasi terhadap narasumber untuk pemakaian istilah yang lebih mudah untuk dimengerti pembaca," kata pria yang akrab disapa Bob tersebut.
Ada pun pembekalan materi Program Beasiswa bagi media, (Media Fellowship Program 2019) ini dilaksanakan pada 19-21 Juni 2019.
Para media nantinya menyajikan proposal untuk peliputan baik di bidang ketahanan pangan, kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, kesehatan hewan dan berhubungan dengan isu-isu aktual seputar zoonosis, resistensi antimikroba (AMR) dan penyakit infeksi baru (PIB).