Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalbar bersama pemerintah Sarawak Malaysia akan menggelar Gerakan Vaksinasi Rabies Massal se-Kalimantan Barat 2019 dipusatkan di Area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong.
"Kegiatan ini kita laksanakan dalam rangka ikut memeriahkan World Rabies Day (WRD) yang pada 28 September setiap tahun warga dunia memperingatinya," kata Kepala Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar Muhammad Munsif di Pontianak, Selasa.
Kegiatan dalam wadah Tim Koordinasi Pengendalian Rabies Provinsi Kalbar yang diusung pemprov setempat bekerja sama dengan Pemkab Sanggau tersebut, juga mendapat dukungan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Kalbar. Kegiatan berlangsung selama 24-25 September 2019.
"Untuk diketahui, rabies atau yang dikenal sebagai penyakit anjing gila merupakan salah satu wabah penyakit hewan menular strategis (PHMS). Rabies berjangkit pertama kali di Pulau Kalimantan tahun 1974 di wilayah Kalimantan Timur selanjutnya menyebar ke Kalsel dan Kalteng serta September 2014 menyeberang ke Kalbar," tuturnya.
Sampai saat ini, lanjutnya, rabies dilaporkan sudah menyebar ke 13 dari 14 kabupaten dan kota, atau 70 dari 141 kecamatan se-Kalbar, kecuali Kota Pontianak yang masih dinyatakan bebas.
Sejak April 2017, rabies juga dilaporkan telah merebak di Negeri Serawak Malaysia diawali di bagian Serian yang berbatasan langsung dengan Entikong, Kabupaten Sanggau. Saat ini, wabah rabies sudah menyebar dengan cepat ke 11 dari 12 bagian wilayah Serawak, kecuali bagian Limbang yang masih dinyatakan bebas.
"Kegiatan pencanangan gerakan Vaksinasi Rabies Massal tersebut dimaksudkan untuk mengekspresikan komitmen dan tekad bersama antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota se-Kalimantan Barat serta Pemerintah Negeri Serawak Malaysia dalam aksi bersama upaya penanggulangan dan pembebasan wilayah Kalimantan Barat dan Negeri Serawak-Malaysia yang bertetangga dari rabies," katanya.
Ia mengatakan lima tujuan kegiatan itu, yaitu membangun kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan segenap lapisan masyarakat terhadap ancaman wabah rabies. Saat ini, rabies telah menjadi salah satu jenis ancaman pandemi global yang menakutkan karena penyebarannya cepat dan serangannya berujung kematian.
Kegiatan itu juga menandai pelaksanaan Gerakan Vaksinasi Rabies Massal, sebagai salah satu strategi pencegahan dan pengendalian, oleh Tim Pengendalian Rabies Provinsi Kalbar dan seluruh kabupaten/kota bersama Pemerintah Negeri Serawak di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan Serawak-Malaysia dengan sasaran prioritas di desa dan kecamatan tertular serta terancam rabies.
"Dengan membangun sabuk kekebalan pada populasi HPR di wilayah target vaksinasi untuk mencegah semakin meluasnya wabah rabies ke wilayah yang masih bebas di sekitarnya," kata Munsif.
Ia mengharapkan kegiatan tersebut dapat menyelamatkan, menjaga ketenteraman, dan melindungi masyarakat Kalimantan Barat dan Serawak dari penyakit rabies.
Selain itu, merealisasikan komitmen Pemprov Kalbar untuk melaksanakan vaksinasi HPR hingga radius 30-50 kilometer di wilayah perbatasan Kalibar dan Sarawak sebagai tindak lanjut dari salah satu poin kesepakatan hasil sidang ke-36 KK Sosek Malindo, 2 Agustus 2019, di Yogjakarta.
Pada pencanangan kegiatan yang akan dibuka Gubernur Kalbar tersebut, juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama para bupati dan wali kota dari 14 kabupaten/kota bersama gubernur, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan serta otoritas yang mewakili Pemerintah Negeri Serawak Malysia, diikuti penyerahan penghargaan kepada tim pengendali rabies kabupaten/kota terbaik, petugas medik/paramedik veteriner berprestasi, dan pemenang lomba poster rabies yang karyanya juga dipamerkan selama acara.
Selain itu, diselenggarakan pelayanan kesehatan hewan gratis (pemberian vaksin antirabies pada hewan) yang dapat dimanfaatkan masyarakat pemilik hewan di sekitarnya, pelayanan vaksin antirabies (VAR) untuk manusia/petugas vaksinator, bazar murah, dan displai pangan lokal yang masyarakat di sekitar dapat menikmatinya.
"Panitia menargetkan peserta dan undangan yang hadir bisa mencapai 300-an, termasuk parah tokoh adat/tumenggung, para petugas lapangan dan masyarakat umum pemilik hewan, anjing dan kucing, di sekitar wilayah Entikong dan Sekayam," tuturnya.