Pontianak (ANTARA) - Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie mengharapkan masyarakat tidak menjadi terpecah belah hanya karena masalah pos satpam di Dinas Pendidikan dan Budaya (Disdikbud) setempat yang dibangun dengan bercirikan rumah adat Tionghoa.
"Pos Satpam ini menjadi viral di medsos beberapa hari terakhir dan menyebabkan pro dan kontra. Pembangunan pos satpam tersebut pun menjadi kontroversial (perdebatan) bagi warga Net, karena dinilai terlalu menonjolkan etnis tertentu," jelas Tjhai Chui Mie di Singawang, Minggu.
Menurutnya, pembangunan pos satpam dengan bentuk itu merupakan sebuah kreatif dari Kepala Disdikbud Singkawang, dimana setiap pertemuan ia selalu mengimbau kepada Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk bisa berinovasi dan kreatif dibidangnya masing-masing.
Dia menyebutkan, dasar Kepala Disdikbud Singkawang membuat bangunan pos satpam seperti ini adalah, pertama, mengingat warga Tionghoa tidak lama lagi akan menghadapi Festival Imlek dan Cap Go Meh.
Terlebih, letak Kantor Disdikbud Singkawang terletak di pinggir Jalan Alianyang dan merupakan jalan utama menuju Kabupaten Sambas. Sehingga pembangunan ini merupakan salah satu ide dari beliau untuk memancing masyarakat luar datang ke Kota Singkawang untuk menghadiri dan menyaksikan Festival Imlek dan Cap Go Meh yang sudah Go International.
"Kemudian, saya tinjau ke belakang Kantor Disdikbud ternyata ada bangunan kantin yang berciri khas Dayak," ujarnya.
Karena tidak lama lagi umat Kristiani akan menghadapi hari raya Natal dan Tahun baru, maka Disdikbud Singkawang juga akan membuat pernak pernik Natal di depan kantor.
Sesuai dengan visi misi, dia sangat mengharapkan kreativitas dari semua masyarakat Singkawang bagaimana untuk menciptakan dan membangun Singkawang ini sehingga menjadi kota yang disenangi, meriah dan menarik bagi pengunjung.
"Seperti Dinas Perkimta dia sudah bangun kurang lebih 100 gang paving warna warni dan di atasnya terserah mau dihias dengan caping atau payung. Tergantung dari kreativitas dinas masing-masing," ungkapnya.
Oleh sebab itu, dia sangat berharap masyarakat Singkawang juga punya jiwa merah putih untuk membangun Singkawang.
"Apalagi kita tahu, bahwa Indonesia adalah negara besar yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya. Untuk itu, mari kita hargai budaya dan etnis yang ada khususnya di Kota Singkawang. Karena Singkawang merupakan multi etnis, tertoleran dan kita merupakan miniaturnya Indonesia dan NKRI yang ada di Singkawang" jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayan Singkawang, HM Nadjib mengatakan, pembangunan pos satpam dan kantin yang bercirikan khas etnis tertentu, tidak ada maksud lain selain ingin punya bangunan yang unik dan menarik serta memberikan nuansa estetika keberagaman budaya di beberapa bangunan di Kantor Disdikbud.
Apalagi dinas yang dipimpinnya, selain mengelola pendidikan juga mengelola kebudayaan yang selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kebersamaan.
"Jadi semua itu yang selalu kita tumbuhkan didalam dunia pendidikan," ujarnya.
Pihaknya pun berupaya untuk membuktikan dengan perbuatan yang nyata tanpa harus menjelek-jelekkan. Semua akan diakomodir mengingat ada 17 etnis nusantara yang pihaknya bina.
"Artinya bagaimana kita mendewasakan dalam bersikap dan bertingkah laku bahwa kita benar-benar multi etnis. Tidak perlu mempermasalahkan hal yang berbeda. Justru hal yang berbeda itu akan indah kalau kita bisa mengelolanya dengan baik," lanjutnya.
Polemik pos satpam, Wali Kota Singkawang minta masyarakat tak terpecah belah
Minggu, 1 Desember 2019 22:22 WIB