Pontianak (ANTARA) - Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar, Fitri mengatakan kebijakan pemberhentian sementara impor pangan dari Tiongkok berdampak pada pasokan terbatas yang memicu harga pangan naik drastis.
"BPS juga sudah mendata ke pasar tadi pagi, harga yang impor dari Tiongkok naik, salah satunya bawang putih, yang biasanya Rp30 ribu per kilogram, sekarang sudah Rp50 ribu per kilogram," ujar Fitri, Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa nilai ekspor dan impor keseluruhan dari Tiongkok pada tahun 2019 lebih tinggi dibanding 2018.
Pada 2018 nilai impor Kalbar dari Tiongkok yakni sebesar 141.576.067 dolar AS. Kemudian nilai ekspor Kalbar 308.535.032 dolar AS .
Sedangkan untuk impor Kalbar dari Tiongkok pada 2019 sebesar 195.156.496 dolar AS dan nilai ekspor sebesar 499.786.757 dolar AS.
“Ekspor ke Tiongkok yang dominan dari Kalbar yakni aluminium ores dan konsentratnya sebesar 425.655.142 dolar AS. Sedangkan untuk impor dari Tiongkok salah satunya pagar besi atau baja lainnya 9.851.179 dolar AS,” papar dia.
Lanjutnya, bahwa biji, kerak dan abu logam (HS26), lemak dan minyak hewan/nabati (HS15), serta bahan kimia anorganik (HS28) merupakan tiga komoditi unggulan ekspor Kalbar. Hal itu sebagaimana tergambar pada ekspor Kalbar pada Desember 2019.
“Kontribusi komoditi ekspor unggulan Kalbar pada Desember 2019 untuk HS26, HS15 dan HS28 masing masing sebesar 42,40 persen, 20,59 persen, dan 16,63 persen,” katanya.
Kemudian untuk tujuan ekspor Kalbar Desember 2019 masih didominasi Negara Asia yaitu dengan kontribusi 96,42 persen. Sedangkan kontribusi nilai ekspor ke negara tujuan utama lainnya seperti Argentina dan Hungaria sebesar 2,25 persen serta 1,33 persen ke negara tujuan lainnya.