Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah pada Jumat siang menunjukkan penguatan yang terus berlanjut hingga ke level baru psikologis di bawah Rp14.000 per dolar AS, atau level terkuat sejak era pandemi COVID-19.
Jumat siang, di pasar spot, rupiah menguat ke Rp13.885 per dolar AS, dibandingkan saat pembukaan perdagangan pagi ini yang sebesar Rp14.075 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi Antara, berpendapat berlanjutnya penguatan rupiah hari ini disebabkan sentimen domestik menyusul penerapan masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, yang diharapkan mampu mendorong produktivitas kegiatan ekonomi.
“Jika implementasi PSBB terbatas yang nantinya akan diikuti juga oleh implementasi normal baru dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan kasus baru lagi di kemudian hari, maka aktivitas perekonomian pada kuartal III tahun 2020 diperkirakan akan membaik dibandingkan kuartal II tahun 2020 yang diperkirakan akan mengalami kontraksi,” ujar dia.
Selain itu, dari sisi eksternal, mata uang “greenback” dolar AS juga telah melemah 1,56 persen dalam sepekan terakhir.
Pelemahan mata uang paling berpengaruh di dunia itu disebabkan oleh terakumulasinya ekspektasi dari para investor setelah pembukaan kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara Asia.
“Terbukti dari sisi pasar Asia, sebagian besar mata uang Asia di minggu ini mengalami penguatan, kecuali Yen. Penguatan lebih lanjut dari Rupiah juga akibat adanya investor yang memindahkan asetnya dari pasar India, akibat adanya penurunan peringkat (downgrade rating) dari BAA2 menjadi BAA3 dan menurunnya prospek (outlook) dari stabil menjadi negatif,” ujar Josua.
Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Jumat ini, kurs rupiah terhadap dolar AS dipatok di Rp 14.100.