Pontianak (ANTARA) - Penjualan produk dari Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, meningkat 100 persen selama wabah COVID-19 karena satu di antara fungsinya dapat meningkatkan imunitas tubuh dan penangkal virus serta lainnya
Produk bermerek King VCO yang dihadirkan pelaku usaha rumahan Pontianak, Hadi Susanto contohnya kini penjualannya meningkat signifikan.
"Sejak wabah hingga kini penjualan produk kita, King VCO terus mengalami peningkatan signifikan bahkan 100 persen dari hari biasa. Hal itu seiiring dengan kondisi sekarang dan orang mulai tahu dan manfaatnya," ujarnya di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan untuk pemasaran produk saat ini melalui market place, whatsapp, toko perlengkapan anak dan apotek.
"Bahkan kita juga sudah masuk toko retail seperti Hypermart dan Transmart di Kota Pontianak dan Kubu Raya," paparnya.
Untuk konsumen menurutnya bukan hanya di Kalbar namun juga signifikan dari Jakarta.
"Pembeli dari Jakarta secara online juga banyak. Daerah lain juga. Jadi untuk pasar sudah luas. Untuk ukuran kemasan dan harga bervariasi yakni 100 ml Rp35.000, 250 ml Rp50.000 dan 1 liter Rp170.000," katanya.
Untuk produk menurutnya 100 persen kelapa murni yang diproses dengan mesin yang tidak menghasilkan panas atau menimbulkan oksidasi. Produk beraroma kelapa segar.
"Untuk jaminan mutu dan kualitas produk kita sudah bersertifikat MUI dan sudah berizin edar Dinkes. Jadi pembeli jangan ragu sebab produk kita sudah ada standarnya," katanya.
Sementara itu, Pakar Kimia Agroindustri dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof Dr Thamrin Usman, DEA membenarkan bahwa VCO dapat membunuh virus corona penyebab COVID-19 karena kandungan lipid pada VCO dapat berinteraksi dengan lipid membran sel virus corona.
"Salah satu cara untuk membunuh virus adalah merusak selnya. Sel bisa dirusak dengan macam-macam cara, salah satunya adalah bagaimana kita bisa membuat susunan lipid yang ada di sel itu yang tadinya teratur, menjadi tidak teratur," kata Thamrin Usman.
Menurut dia, dengan menjadikan susunan lipid yang ada di membran sel menjadi tidak teratur, maka terjadi kerusakan membran sel. Hal itu karena lipid VCO bisa masuk dan berinteraksi dengan lipid membran sel pada virus, maka membran sel itu jadi rusak dan tidak berfungsi.
"Bahasa ekstremnya itu mati," kata alumni program master dan doktoral di ENSCT-INP, Toulouse, Prancis, untuk bidang Kimia Agroindustri itu.