Pontianak (ANTARA) - Sosok Sukiman di dalam dunia pertanian di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tidak asing lagi dan kini terus berbuat dan berinovasi agar petani di daerah itu bisa mandiri dan menjadi daerah swasambada pagan terutama untuk komoditas padi.
Sukiman yang merupakan Ketua Kelompok Tani Dare Nandung 1 dan beralamat di Kecamatan Semparuk tersebut melalui gerakannya saat ini telah mampu mewujudkan Kabupaten Sambas mandiri benih padi unggul melalui penangkar yang ada di daerah itu.
"Kita merangkul dan menjaring petani terutama penangkar benih di Kabupaten Sambas. Nah, bersyukur saat ini dengan kerjasama antara kelompok tani yang di dalamnya ada penangkar, kebutuhan benih di Kabupaten Sambas bisa 100 persen dipenuhi,"ujarnya saat dihubungi di Sambas, Selasa.
Bahkan kata Sukiman, benih padi di Kabupaten Sambas juga sudah menyebar ke seluruh Kalbar. Hal itu karena selain 100 persen benih untuk lokal dipenuhi, namun juga ada surplus.
"Kebutuhan benih padi di Sambas saat ini sekitar 400 ton per tahun. Itu semua kita penuhi dan bahkan surplus. Saat ini benih padi unggul yang kita kembangkan yakni berbagai varietas seperti cilosari, inpari 42 dan lainnya," kata dia.
Menurutnya produktivitas penangkaran benih padi unggul yang dikembangkan di beberapa kecamatan sentra padi di Kabupaten Sambas saat ini di kisaran 5-6 ton per hektare.
"Harga benih yang kita jual saat ini sekitar Rp7.000 per kilogram namun untuk kontrak dengan PT. Petani di Rp8.000 an per kilogram," katanya.
Selain mengupayakan Sambas mandiri benih unggul padi, pihaknya meski di tengah pandemi COVID-19 tetap produktif untuk terus memperkuat produktivitas padi. Ia menyebutkan bahwa di kelompok taninya saat ini produktivitasnya sudah di atas produktivitas di Pulau Jawa.
"Produktivitas kita rata- rata sudah capai 8 ton per hektare. Kita terus maksimalkan potensi lahan dan siap terus menjadikan Sambas lumbung beras Kalbar," katanya.
Selain itu, pasca panen juga menjadi sorotan dia dan kelompok taninya. Pihaknya juga merangkul sesama kelompok tani di Sambas menjual beras siap konsumsi. Hal itu agar memberikan nilai tambah. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani.
"Kalau jual beras tentu lebih mahal dari padi. Nah, itu sudah menjadi perhatian kita dan kita menghindari agar petani bebas dari tangkulak. Padi yang kita beli dari petani lebih mahal Rp500 per kilogram. Begitu juga kita jual harganya ke konsumen lebih rendah dari harga pasaran sehingga terjangkau," katanya.
Ia dan rekannya berkeinginan Sambas yang merupakan lumbung pangan atau beras Kalbar juga bisa mengambil pasar beras di mini market atau supermarket. Pasalnya saat ini beras dari luar masih banyak.
"Kita akan merebut pasarnya bagaimana beras di Sambas dari petani lokal semua. Syaratnya tentu petani lokal yang siapkan," kata dia.