Jakarta (ANTARA) - Pemerintah akan terus memacu penyerapan anggaran, termasuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), sesuai yang disiapkan yakni sebesar Rp1.700 triliun hingga akhir tahun ini untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Rakerkonas Apindo) 2020, yang disiarkan daring, Rabu, mengatakan penyerapan anggaran perlu dipacu untuk memompa pertumbuhan di triwulan III 2020, setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 5,32 persen pada triwulan II.
"Triwulan III ini penentuan bagi kita. Dari Rp2.700 triliun anggaran yang disiapkan, termasuk anggaran PEN, sampai Juni pemerintah sudah membelanjakan Rp1.000 triliun. Di triwulan III-IV kita harapkan bisa membelanjakan Rp1.700 triliun, yakni Rp700 triliun di triwulan III dan Rp1.000 triliun di triwulan IV," katanya.
Airlangga mengatakan hal itu juga dilakukan sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, di mana dengan memacu belanja pemerintah di setiap kementerian, maka perekonomian bisa kembali masuk jalur positif.
Meski ekonomi Indonesia tercatat tumbuh negatif, mulai dari sisi konsumsi, belanja pemerintah hingga penurunan ekspor dan impor, namun masih ada sejumlah sektor yang tumbuh positif di tengah perlambatan yang terjadi.
Pertumbuhan positif masih tercatat dari sektor informasi dan telekomunikasi, utilitas air, jasa kesehatan, real estate, pertanian, jasa pendidikan serta jasa keuangan.
Sementara itu, sejumlah sektor yang paling terpukul yakni akomodasi, makanan dan minuman serta transportasi darat, laut dan udara.
"Sektor akomodasi, makanan dan minuman serta transportasi inilah yang jadi perhatian pemerintah. Karena Ketua Apindo juga adalah Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), mungkin kita perlu bahas stimulan yang perlu dilakukan di sektor ini, karena spending-nya juga di dalam negeri, maka harus didorong," katanya.
Indonesia, lanjut mantan Menteri Perindustrian itu, juga menjadi satu dari sedikit negara yang pertumbuhan ekonominya masih positif pada triwulan I 2020.
Sementara itu, di triwulan II, negara lain turun cukup dalam, misalnya Inggris yang minus 19 persen, Jerman minus 11 persen, Prancis minus 19 dan Jepang yang minus 8 persen, Korea Selatan minus 2,9 persen, dan India minus 18 persen.
"Kalau kita lihat beberapa negara yang melaksanakan lockdown, ekonominya terdampak lebih dalam," katanya.
Airlangga mengatakan dari berbagai proyeksi di 2021, hampir berbagai institusi memprediksi ekonomi Indonesia berada dalam jalur hijau atau positif. Ia pun memohon dukungan dari para pemangku kepentingan terkait, termasuk dunia usaha.
Sebelumnya, Airlangga memprediksi perekonomian Indonesia selama 2020 tumbuh minus 0,49 persen sebagai dampak pandemi COVID-19.
"Diharapkan di kuartal ketiga bisa membaik dengan prediksi minus dua, minus satu atau bahkan kita berharap bisa masuk positif," katanya dalam peluncuran Koalisi Aksi Bersama Melawan Korupsi (CAC) Indonesia secara virtual di Jakarta, Selasa (11/8).
Dalam pemaparan terkait pertumbuhan ekonomi sejumlah negara termasuk Indonesia, Menko Airlangga memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal III-2020 mencapai minus 1 persen.
Kemudian, kuartal IV-2020 diperkirakan membaik menjadi positif 1,38 persen sehingga pertumbuhan ekonomi selama 2020 diperkirakan negatif 0,49 persen.