Elektabilitas tiga partai politik di tengah pandemi Covid-19 mengalami kenaikan dibandingkan survei sebelumnya pada Juni 2020.
"Di tengah wabah Covid-19, hanya PDIP, PSI, dan PKS yang mengalami kenaikan elektabilitas," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran persnya, di Jakarta, Kamis
Elektabilitas PDI Perjuangan masih teratas sebesar 31,4 persen, naik dari 29,3 persen. Sedangkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) naik dari 4,2 persen menjadi 4,6 persen, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) naik dari 5,5 persen menjadi 6,1 persen.
Menurut Andreas, kenaikan elektabilitas ketiga parpol tersebut terjadi di tengah turunnya atau stagnasi yang dialami parpol-parpol lain. Gerindra dan PKB misalnya, cenderung stagnan.
Gerindra yang menempati peringkat kedua hanya sedikit melemah dari 12,5 persen menjadi 12,3 persen. Begitu pula dengan PKB yang melemah dari 6,8 persen menjadi 6,7 persen.
Pada posisi ketiga, Golkar mengalami penurunan dari 9,7 persen menjadi 8,8 persen. Parpol lainnya adalah NasDem (4,1 persen-3,7 persen), Demokrat (3,8 persen-3,2 persen), PPP (2,4 persen-1,9 persen), dan PAN (1,6 persen-1,3 persen).
"PDIP masih menjadi poros dominan dalam koalisi pemerintahan, sementara Gerindra yang dirangkul sebagai koalisi strategis tidak mendapat insentif elektoral, begitu pula dengan Golkar yang justru merosot elektabilitasnya," jelas Andreas.
Di sisi lain PSI yang hanya memiliki wakil di tingkat DPRD berhasil meningkatkan dukungan elektoral dan berpotensi melenggang ke Senayan pada 2024 mendatang. Di luar pemerintahan, hanya PKS yang masih cukup dominan dibandingkan yang lain.
Pada papan bawah, hanya tersisa Perindo (0,9 persen-0,5 persen), Hanura (0,3 persen-0,2 persen), dan Berkarya (0,7 persen-0,1 persen). Parpol lainnya yaitu PBB, PKPI, dan Garuda terancam hilang dari peredaran. Sisanya 19,2 persen tidak tahu/tidak menjawab.
Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 15-25 September 2020, dengan sambungan telepon kepada 1200 orang responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.