Pontianak (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas ll A Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat saat ini mengadakan kegiatan kemandirian berupa pelatihan menjahit bagi napi atau warga binaan dan siap dalam memasarkan produknya.
"Pelatihan kemandirian ini ada dua, pertama yang sudah dilaksanakan yakni hidroponik dan yang kedua ini menjahit, saat ini kami memang memproduksi hasil jahitan dan nantinya yang mereka (warga binaan) hasilkan akan dijual," kata Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Kelas ll A Pontianak, Astuti Setiawati, di Pontianak, Selasa.
Dia menjelaskan, hasil jahitan seperti seprai dan badcover dijual dengan harga yang sesuai, dan keuntungan yang diterima warga binaan itu berdasarkan jenis bahan kain itu.
"Ada premi untuk mereka sesuai dengan bahan, untuk seprai sendiri yang bahan katun Jepang dan bedcover harga jualnya berkisar Rp800 ribu, kalo untuk seprai saja sekitar Rp150 ribu, dan untuk keuntungan biasanya berdasarkan jenis kain," katanya.
Pelatihan kemandirian tersebut dilaksanakan selama 48 hari bersamaan dengan membuat produk tersebut, katanya.
"Pelatihannya dilaksanakan bersamaan dengan membuat produk, ada tiga jenis pelatihan menjahit itu, seperti membuat seprai, badcover, horden, dan bordir, jadi nanti hasil seprai yang polos akan dibordir karena kami punya maskot kupu-kupu jadi itu yang nantinya dijadikan merk," kata dia.
Ia mengatakan, pada awalnya, pihaknya mengambil atau merekrut sebanyak 50 orang dari 250 warga binaan, namun hanya terpilih 20 orang yang layak dalam meneruskan pelatihan menjahit tersebut.
"Peserta yang diterima sebanyak 20 orang itu, melalui proses seleksi dengan mengisi formulir dan angket yang akhirnya sesuai dan layak, dan mereka (warga binaan) yang mengikuti pelatihan menjahit itu telah memasuki masa pidana dua pertiga, berkelakuan baik, dan memiliki minat," ujarnya.
Ia juga mengatakan warga binaan di Lapas nantinya diharapkan mempunyai bekal setelah keluar sehingga kembali ke lingkungan dan diterima oleh masyarakat dengan baik.
"Kami mengambil pelatihan menjahit karena identik dengan perempuan dan bisa menjadi bekal hidup mereka di sana setelah bebas, serta mereka juga bisa berkarya di luar Lapas nantinya," ujarnya.
Selain itu dirinya juga mengharapkan adanya peran dari instansi terkait dan swasta, untuk mau ikut bekerjasama baik dalam penyediaan barang, maupun membantu dalam pemasaran dari hasil jahitan para warga binaan tersebut.
"Ke depan kami berharap semua pihak dapat bekerjasama, baik dalam hal menyediakan bahan baku, serta pemasaran produk kami," katanya.