Pontianak (ANTARA) - Sebelas sekolah terdiri dari 2 SMP Negeri, 3 SMP Swasta, dan 6 SD Negeri di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, terpilih menjadi sekolah penggerak yang ditentukan dan diseleksi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
"Dari proses tersebut seluruh sekolah beserta dewan guru saat ini sedang mengikuti In House Training IHT) Program Sekolah Penggerak, 22 sampai 29 Juli 2021," kata Kabid GTK pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kubu Raya, Sunardi di Sungai Raya, Senin.
Untuk tingkat SMP, yakni SMP Negeri 1 Kubu dilaksanakan secara luring karena situasi tidak memungkinkan untuk dilakukan secara daring, sedangkan SMP Negeri 1 Kuala Mandor B dan 3 SMP swasta lainnya dilakukan secara daring.
Dia menambahkan, seluruh sekolah dasar negeri, SD 7 Batu Ampar, SDN 09, 20 Sungai Raya, SDN 09 Sungai Kakap dan SDN 04 Teluk Pakedai melaksanakan IHT secara bersama. Kemudian SDN 18 Sungai Kakap melaksanakan IHT secara mandiri.
Baca juga: Kemendikbud pastikan sekolah penggerak akan terapkan kurikulum yang disempurnakan
Sunardi mengatakan, ada beberapa pertimbangan untuk pelaksanaan IHT dilakukan secara daring mau pun luring, yang jelas sekolah yang sudah ditunjuk menjadi sekolah penggerak berdasarkan kelulusan kepala sekolah saat mengikuti tes sebagai kepala sekolah penggerak, kemudian berdasarkan syarat dan ketentuan dari pusat dipilihlah sekolah penggerak.
"Beruntung kepala sekolah yang dinyatakan memenuhi kriteria sebagai pemimpin dari sekolah penggerak bisa mewakili Kubu Raya untuk menjadi percontohan program ini," tuturnya.
Langkah awal menurut Sunardi seluruh peserta IHT nantinya dibimbing secara langsung oleh tutor dan pendamping untuk menyiapkan sekolah mereka menjadi sekolah penggerak yang nantinya akan menjadi agen perubahan dari kebijakan baru untuk penyempurnaan kurikulum 2013.
"Sesuai dengan kondisi saat ini, pelaksanaan pelatihan kita buat tidak terlalu memberatkan peserta. Dimana penyampaian materi hanya sampai pukul 12 siang. Sisanya bisa berbentuk penugasan," katanya.
Sunardi menuturkan, hal ini dilakukan karena kondisi saat ini yang begitu kompleks, mulai dari proses pembelajaran jarak jauh (PJJ), serta kondisi pandemi yang masih belum menunjukkan kondusifitas serta berbagai kesibukan guru.
Namun, ia yakin seluruh peserta bisa menuangkan fikiran, konsentrasi dan waktu agar peningkatan kualitas pendidikan di Kubu Raya bisa mengalami peningkatan.
Baca juga: LP Ma'arif mundur dari Organisasi Penggerak Kemendikbud
"Kalau maunya kita tentu yang lulus adalah sekolah-sekolah yang jumlah muridnya banyak, tapi ini merupakan keputusan dari pusat, jadi memang harus dilaksanakan. Setidaknya hasil dari IHT ini sekolah penggerak mampu melahirkan rancangan dan konsep proses pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala SMP Negeri 1 Kuala Mandor B, H. Sumarno menuturkan saat dirinya dinyatakan lulus sebagai kepala sekolah penggerak, dirinya terus mendapatkan bimbingan dari Dinas Pendidikan Kubu Raya untuk secara bertahap mempersiapkan diri sendiri dan civitas SMP Negeri 1 Kuala Mandor B.
"Dengan segala keterbatasan, kita optimis bisa mewujudkan perubahan ke arah lebih baik," katanya.
Ia melihat, ada tuntutan bagi sekolah penggerak yang ditunjuk untuk bisa menghasilkan kurikulum operasional sekolah penggerak, dimana secara umum ada penekanan agar kurikulum yang dihasilkan bisa menciptakan anak-anak generasi pancasila.
"Kita berharap hasil dari IHT ini sekolah sudah bisa merumuskan draf kurikulum yang searah dengan visi sekolah penggerak," tutur Sumarno.