Pontianak, (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 lalu mengakibatkan krisis kesehatan dan mengganggu aktivitas masyarakat di seluruh dunia.
Bahkan, saat pertama kali kemunculan pandemi COVID-19, banyak kegiatan masyarakat di sejumlah negara, termasuk Indonesia, menjadi lumpuh karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat skala besar yang mengakibatkan implikasi yang cukup besar pada kegiatan usaha masyarakat.
Akibat pembatasan kegiatan masyarakat skala besar tersebut, jelas berdampak negatif pada sektor UMKM yang menyebabkan para pelaku usaha harus beradaptasi antara lain dengan menurunkan produksi barang/jasa, mengurangi jumlah/jam kerja karyawan serta jumlah saluran penjualan/pemasaran.
Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terkena dampak pandemi COVID-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 persen diantaranya terkena dampak negatif di sisi penjualan. Menurut survei yang dilakukan bank sentral, pandemi memberi tekanan pada pendapatan, laba, dan arus kas hingga para pemilik usaha memilih untuk wait and see.
Namun, Bank Indonesia juga mengungkapkan ada 12,5 persen UMKM yang tidak terkena dampak ekonomi dari pandemi COVID-19, dan bahkan 27,6 persen diantaranya menunjukkan peningkatan penjualan dan justru mampu mengembangkan usahanya.
Diantara UMKM yang dapat terus mengembangkan usahanya adalah, Sandra Siska. Pemilik usaha International Cake yang spesialis bergerak di bidang pembuatan kue pernikahan di Pontianak ini mampu bertahan, bahkan mengembangkan usahanya di tengah pandemi.
Siska mengatakan, dirinya memulai usaha kue pernikahan sejak tujuh tahun lalu, di mana dirinya melihat peluang pembuatan kue pernikahan ini dari keluarganya yang membuka usaha salon pengantin atau bridal.
"Saya suka buat kue dan saat melihat usaha bridal keluarga saya berkembang, saya tertarik untuk mengambil peluang pembuatan kue pernikahan. Namun, karena saat ini sudah ada beberapa usaha serupa, saya awalnya cukup kesulitan untuk menawarkan kue dari usaha ini kepada konsumen," kata Sandra.
Bahkan, dirinya memerlukan waktu selama dua tahun untuk melakukan promosi terus menerus, hingga dirinya bisa menembus pasar kue pernikahan tersebut.
"Saya mencoba mencari pasar dengan menawarkan kerja sama dengan sejumlah restoran dan hotel yang biasa menggelar pernikahan dan karena saya masih baru, saya mencoba menawarkan harga lebih rendah dari pasaran dan syukur strategi ini berhasil," ujarnya.
Berkat kegigihannya tersebut, dirinya berhasil memperluas pemasarannya di Kota Pontianak dan sekitarnya. Dalam satu minggu, sedikitnya Sandra mendapatkan 10 sampai 15 pesanan dan rata-rata sampai 30 orderan per minggu dengan omset puluhan juta rupiah.
Dengan usahanya yang semakin berkembang, Sandra mampu membeli kendaraan roda empat untuk akomodasi kue buatannya kepada para pemesan. Dirinya juga merekrut enam tenaga kerja untuk membantu produksinya.
Dalam tiga tahun, usahanya juga semakin berkembang dan mampu membuka toko Sangjit (perlengkapan pernikahan untuk warga Tionghoa) dan berjalan beriringan dengan usaha wedding cake yang telah dijalaninya
"Berkat usaha ini, suami saya juga membuka usaha percetakan seperti undangan pernikahan, banner, dan cetakan lainnya. Dan usaha ini juga berjalan berbarengan dengan usaha saya," katanya.
Namun, saat pandemi sejak bulan April 2020 lalu, dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat, di mana tidak boleh adanya pesta pernikahan di hotel, hal tersebut juga berdampak pada usahanya dan mengalami sepi orderan.
"Hampir tiga bulan saya tidak ada orderan sementara karyawan harus tetap saya pertahankan, demikian untuk pembayaran gaji mereka, sama sekali tidak saya kurangi. Hal itu yang membuat saya dan suami harus berpikir mencari alternatif lain untuk mempertahankan karyawan dan usaha kami," kata Sandra.
Diceritakannya, karena saat pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan, masyarakat hanya bisa membuat acara pernikahan kecil-kecilan di rumah dan hanya dihadiri keluarga inti. Untuk itu dirinya juga membuat kue pernikahan ukuran kecil dengan harga yang lebih murah dan strategi itu bisa berjalan dengan baik.
Sambil menjalankan usaha itu, dirinya juga berinisiatif untuk menjual buah secara online, karena dirinya merasa saat pandemi, masyarakat banyak mencari buah untuk memenuhi asupan vitamin guna menjaga kekebalan tubuh.
"Jualan buah online ini ternyata cukup menjanjikan, karena saat penerapan PPKM, orang-orang sulit keluar dan kita menggunakan sistem antar dengan ongkos kirim gratis," ujarnya.
Karena semakin banyak yang memesan, akhirnya Sandra dan suami mampu membuka Pusat Buah yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan, Pontianak.
Untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, Sandra berinisiatif menyiapkan buah dalam kantong setiap harinya dan diletakkan di depan toko buahnya, sehingga masyarakat yang tidak mampu membeli, bisa mengambil buah tersebut dengan cuma-cuma.
Dalam waktu dekat, Sandra akan kembali membuka toko buah baru di Jalan WR Supratman Pontianak sebagai cabang barunya.
Kemudian, dengan semakin banyaknya masyarakat yang di vaksin, dan kondisi berlangsung normal, saat ini orderan pembuatan kue pernikahan di Internasional Cake kembali normal, dan dirinya bisa mengembangkan usahanya di tengah pandemi.
"Saat pandemi ini, kami sudah memiliki dua toko kue, satunya di jalan Setia Budi dan satu lagi di WR Supratman ini. Kami juga mampu menambah satu buah mobil untuk memaksimalkan akomodasi pengantaran kue karena saat ini semakin banyak yang memesan," katanya.
Menurut Sandra, pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini justru banyak memberikan pelajaran berharga bagi dirinya selaku pelaku UMKM.
"Dengan pandemi ini, justru menuntut kita untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan usaha. Mudah-mudahan kondisi segera normal agar kita bisa beraktivitas lagi seperti biasa dan ekonomi masyarakat bisa segera pulih," kata Sandra.
Orderan kue lapis meningkat
Sama halnya dengan Sandra, pengembangan usaha di tengah pandemi juga dilakukan oleh Elis Nevita Dewi. Dirinya juga mampu mengembangkan usaha kue kering dan kue lapis-nya dengan brand "Delisious" di tengah pandemi dan selalu banjir orderan.
"Usaha ini sudah saya jalankan sejak enam tahun lalu, namun saat pandemi justru orderan semakin banyak. Bahkan sekarang saya sudah bisa mendapatkan omset puluhan juta rupiah dan dibantu tiga orang karyawan," kata warga Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya ini.
Menurut Elis, dengan terus memperbaiki kualitas, rasa, kemasan, terus menerus mengunggah foto-foto kue yang menarik di media sosial, membuat dirinya mampu mempertahankan pasar.
"Kiatnya, untuk UMKM agar bisa terus konsisten jualannya di saat pandemi adalah, jika konsumen sudah cocok dengan rasa, perbaiki terus kualitas produk, kemasan yang menarik, detail foto yang jelas, terus belajar dan terus upgrade ilmu agar ke depan usaha kita bisa lebih baik," katanya.
Masker penyelamat
Sementara itu, di bidang usaha kerajinan percetakan dan sablon dengan brand ROx Printing, Dian, mengatakan dirinya sempat mengalami kesulitan menjalankan usaha saat awal masa pandemi.
Jika sebelum pandemi dirinya banyak mendapatkan orderan pembuatan kaos dan cetakan lainnya dari instansi pemerintahan, mahasiswa dan pihak lainnya, namun saat pandemi ketika adanya penerapan PPKM, orderan tersebut menjadi berkurang drastis karena minim kegiatan.
"Saat awal-awal pandemi lebih dari tiga bulan omset usaha kami turun hingga 70 persen. Kami pun kewalahan untuk membayar gaji karyawan selama tiga bulan," katanya.
Hal tersebut membuat dirinya berusaha keras untuk mempertahankan usahanya dengan mencari alternatif lain.
"Saat pandemi, kita diwajibkan untuk menggunakan masker. Nah, dari sana kami berinisiatif untuk memproduksi masker kain dan menawarkannya kepada instansi pemerintahan, karena banyak instansi dan lembaga yang membagikan masker gratis kepada masyarakat, jadi masker kain itu kita buat dengan logo instansi atau lembaga yang memesannya, tentu dengan harga yang terjangkau," kata Dian.
Alasannya memilih memproduksi masker juga karena pembuatan masker tersebut sejalan dengan usaha yang selama ini dijalankannya.
"Alhamdulillah dengan produksi masker ini, banyak sekali orderan yang kita dapat. Bahkan omsetnya melebihi sebelum pandemi dan kami mampu membeli aset usaha baru, seperti mesin cetak dan memperbarui peralatan sablon kami," kata warga Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya ini.
Dari keuntungannya tersebut, dirinya juga mampu memperluas ruang produksi di rumahnya dan membeli mobil untuk memperlancar transportasi pengantaran barangnya.
"Dari keuntungan itu juga kami sisihkan untuk pembuatan masker dan kami bagikan gratis untuk masyarakat yang memerlukan, karena di tengah situasi pandemi ini, kita berharap masyarakat bisa menjaga kesehatan dan situasi ini bisa semakin baik," kata Dian.
Pandemi ini memang memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat, termasuk pelaku UMKM. Namun, dari tiga UMKM dalam tulisan ini dan saya yakin masih banyak UMKM lainnya di Kalbar yang mampu bertahan dan berkembang di tengah pandemi, membuktikan bahwa pandemi bukan menjadi penghalang besar untuk mengembangkan usaha.
Dengan melakukan berbagai terobosan dan inovasi dalam usaha, tantangan sebesar apa pun pasti bisa dihadapi. Semoga pandemi ini segera berlalu dan perekonomian masyarakat bisa semakin tumbuh dan berkembang.
Kisah Inspiratif - UMKM tangguh kembangkan usaha saat pandemi
Jumat, 24 Desember 2021 16:29 WIB