"Kita sedang mendorong Holding PTPN bisa meningkatkan (produksi) sebagian untuk gula dan sebagian lagi untuk etanol. Kita tahu sekarang banyak negara di dunia seperti Brazil ataupun India sudah mendorong etanol sebagai substitusi untuk BBM," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR RI yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Etanol sendiri, lanjutnya, memiliki Research Octane Number (RON) hingga 130-an. Kalau bisa mengonsolidasikan etanol sebagai subtitusi BBM, maka akan memperbaiki keuangan negara, dimana hasil produksi minyak Indonesia dengan kualitas bagus bisa dikirim ke luar negeri. Kemudian Indonesia mengimpor BBM dengan kualitas yang lebih rendah dan dicampur dengan etanol.
"Kita melihat kalau Thailand saja bisa memproduksi bioetanol ini sampai 12 persen dan India bisa menghasilkan sampai 10 persen, kenapa kita tidak bisa? Ini yang kita coba lakukan," kata Erick Thohir.
Baca juga: Inflasi tertahan 4,94 persen karena masih didukung subsidi yang diberikan pemerintah
Erick Thohir juga terus mendorong BUMN bisa melakukan substitusi impor BBM atau memproduksi energi jenis baru. Kementerian BUMN, kata dia, mendorong program kelapa sawit menjadi bahan bakar B40 ataupun biofuel.
Sebelumnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan seperti bioetanol untuk bahan bakar nabati.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu mengatakan Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar nabati yang penggunaannya dapat digunakan sebagai aditif dan pengganti atau blending untuk bensin.
Penggunaan etanol sebagai campuran BBM dapat mengurangi 70 hingga 90 persen emisi karbondioksida dibandingkan dengan bahan bakar minyak setara oktan 90.
Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar di dalam negeri masih menghadapi beberapa tantangan yaitu sifat fisik etanol, adanya komitmen tersedianya bahan baku dan pangkalan data, serta neraca energi.
Baca juga: Satono minta tambahan solar 114.066 ke BPH Migas KL untuk kebutuhan masyarakat Sambas
PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan mengimbau kepada masyarakat yang tergolong mampu supaya menggunakan BBM non subsidi agar tidak mengambil haknya masyarakat tidak mampu (miskin)
"Kami mengajak kepada masyarakat mampu untuk beralih menggunakan bahan bakar dengan RON minimal 92, agar BBM subsidi dapat digunakan sesuai peruntukannya," kata Area Manager Communication and CSR Regional Kalimantan, Susanto August Satria saat dihubungi di Balikpapan, Sabtu.
Dia juga berharap kepada masyarakat agar dapat menggunakan bahan bakar sesuai peruntukannya, agar BBM subsidi dapat disalurkan tepat sasaran.
Dalam kesempatan itu, Satria juga mengimbau kepada masyarakat yang berhak segera mendaftarkan diri ke program subsiditepat MyPertamina agar tercatat sebagai penerima subsidi bahan bakar.
Baca selengkapnya: Masyarakat mampu diimbau agar gunakan BBM non-subsidi