Ketapang (ANTARA) - Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Kalimantan Barat (Kalbar), Brigjen Pol Rudy Tranggono meminta masyarakat mengantisiasi terpecahnya kerukunan umat beragama di Ketapang.
Terlebih, lanjut dia, menjelang pelaksanaan Pemilu serentak 2024 yang tentu masih ada kemungkinan itu isu-isu berkaitan dengan politik identitas dan primordial.
"Nah ini yang yang memang menjadi dominan nanti ke depan digunakan oleh tokoh-tokoh politik untuk kepentingan saat Pemilu 2004," kata Rudy usai memberikan materi pada kegiatan fasilitasi Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Ketapang, Kamis.
Dikatakannya, maka jauh-jauh hari pihaknya sudah mengajak elemen-elemen masyarakat. Khususnya bagaimana bisa membuat Kalbar termasuk Ketapang sebagai contoh daerah yang menjaga toleransi antar umat beragama.
"Melalui tokoh-tokoh agama dan lainnya kita bisa cepat menetralisir agar masyarakat tidak terprovokasi dan tidak terpengaruh isu-isu tidak baik yang berkembang. Jadi kita sudah mulai tahun 2022 ini mengharap tokoh agama karena sangat sentral dan ngomongnya didengar jamaahnya dan banyak orang," jelasnya.
Ia menegaskan kalau tokoh agama terpengaruh bahkan terprovokasi tentu ini jadi masalah besar. Kondisi ini bisa terjadi karena tokoh agama pasti akan menjadikan target pasar untuk mendukung kelompok dan politik tertentu. Lantaran punya jamaah dan bisa memberikan pengaruh cukup besar di masyarakat.
"Makanya kita kasih pemahaman sejak jauh hari bagaimana agar bisa mewujudkan pemilu dan politik yang sehat. Serta bagaimana kita membangun dinamika stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di Kalimantan Barat ini jauh lebih baik dibandingkan tempat lain," tutur Rudy.
Menurut dia, setelah diberikan pemahaman, rambu dan edukasi bagaimana caranya mengantisipasi pengaruh negatif kelompok tertentu. Para tokoh agama bisa lebih waspada, memahami dan mengerti bagaimana tetap menjaga stabilitas keamanan.
Ia menambahkan tugas tokoh agama yang melekat itu yakni sebagai stabilisator, mediator, motivator. Sebab itu diharapkannya tokoh agama juga harus memahami tentang media sosial. Lantaran saat ini segala sumber informasi mudah didapatkan termasuk juga pencerahan di bidang ideologi.
"Harus memahami namanya Facebook dan media sosial lainnya. Kemudian menyampaikan pesan-pesan positif melalui media sosialnya untuk menangkal isu-isu negatif minimal akan diikuti jamaahnya," ujarnya.
Pihaknya mendorong ulama memahami ini karena anak muda sekarang kebanyakan kalau disuruh ikut pengajian bahkan sudah disediakan kue dalam masjid masih tidak mau ikut. Makanya para ulama harus mengikuti tren zaman.
Ia menilai kondisi Ketapang terkait dinamika dan toleransi terhadap kerukunan umat beragama sangat baik. Namun sudah mulai ada orang atau pihak yang mencoba menggiring isu-isu yang tidak penting untuk kepentingan politik mereka dan partai politiknya.