Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji mendorong agar aktivitas ekspor minyak mentah sawit (CPO) bisa melalui Kalbar, karena bisa mengubah wajah ekonomi daerah jauh lebih baik lagi.
"Selama ini sebagian besar produksi CPO Kalbar diekspor melalui pelabuhan luar. Nah, kalau ini diekspor melalui Kalbar tentu berdampak luas, karena dapat mendongkrak pendapatan daerah dan lainnya," ujar Sutarmidji, di Pontianak, Sabtu.
Ia menyebutkan saat ini produksi CPO di Kalbar hampir mencapai 7 juta ton per tahun dari luas lahan produksi 2 juta hektare. Namun baru 1 juta ton yang diekspor melalui Kalbar.
"Artinya ada 6 ton CPO melalui luar, seperti Pelabuhan Belawan, Lampung, Jakarta, dan lainnya. Tercatat ekspornya dari luar," kata dia lagi.
Baca juga: Harga tertinggi TBS sawit di Kalimantan Barat capai Rp2.421.08 per kilogram
Padahal, menurutnya lagi, Kalbar sendiri sudah memiliki Pelabuhan Internasional Kijing di Mempawah. Pelabuhan tersebut telah diresmikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), sehingga harus dimanfaatkan.
"Kendala saat ini memang di Pelabuhan Kijing tersebut tidak ada tangki timbun dan derek peti kemas. Kalau CPO diangkut satu-satu dipindahkan dari truk ke kapal tentu lama. Itu tentu tidak efisien," ujarnya pula.
Untuk itu, ia meminta pihak Pelindo untuk melengkapi fasilitas pelabuhan, sehingga dapat mempercepat dan menunjang aktivitas ekspor melalui Kalbar.
"Dengan tercatat ekspor di Kalbar dampak luas dari pendapatan daerah dan lainnya akan lebih baik. Wajah ekonomi Kalbar semakin baik. Saat ini untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalbar sendiri sudah mencapai Rp3,4 triliun. Saat awal menjabat itu Rp1,9 triliun," ujar dia lagi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2022, ekonomi Kalbar mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Kalbar di angka 5 persen tersebut menunjukkan sudah mulai pulih dan dalam keadaan normal setelah pandemi COVID-19 berlalu.
Baca juga: Pembatasan ekspor CPO untungkan petani sawit Kalimantan Barat