Kayong Utara (ANTARA) - Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dedet Triwahyudi mengatakan setidaknya ada dua pendekatan yang digunakan dalam penanganan stunting di Kabupaten Kayong Utara yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Untuk intervensi spesifik itu menurutnya langsung dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana dalam bentuk penanganan dan bantuan sedangkan untuk intervensi sensitif dilakukan oleh lintas sektor dan lintas program.
“Kalau intervensi spesifik itu langsung dibelanjakan untuk keluarga stunting baik itu anaknya maupun ibunya yang menunjukkan gejala stunting bentuknya susu dan telor dalam bingkai program Bahan Makanan Tambahan atau BMT,” kata dia di Sukadana, Minggu.
Selain itu juga menurutnya, pemerintah Kabupaten Kayong Utara telah menganggarkan pengadaan USG di setiap Puskesmas, dimana saat ini ada 8 Puskesmas yang telah memiliki USG dalam upaya deteksi dini terhadap kasus tumbuh kembang anak tersebut.
“Dari lingkaran kepala, ukuran badan itu bisa ketahuan anak ini lahirnya bisa terkena stunting atau tidak, makanya diamanatkan setiap Puskesmas memiliki USG dari 11 puskesmas ada 8 puskesmas yang telah memiliki alat USG di Kayong Utara,” katanya.
Sedangkan untuk intervensi sensitif, ia menjelaskan harus ada kerjasama lintas OPD melalui program dan kewenangan dalam penanganan stunting di negeri bertuah tersebut. Ia mencontohkan PUPR telah menganggarkan dan merealisasikan pembangunan jamban di beberapa desa yang ada di negeri bertuah tersebut.
“Kemarin di PUPR melaporkan mereka mendapatkan dana Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk penanganan stunting itu bantuan jamban 50 rumah satu desa dimana 20 desa mendapatkan pembangunan jamban tersebut. Kalau di Bidang Sosial di Dinas SP3APMD itu juga ada dalam bentuk program PKH dan bantuan sosial lainnya begitu juga di Dinas Pertanian dan Pangan juga ada program bantuan untuk keluarga yang diduga stunting,” jelasnya.
Pihaknya juga sering melakukan Pendataan Keluarga (PK) untuk mendapatkan evidence base keluarga yang berpotensi stunting seperti keluarga yang tidak meilik jamban, air minum menggunakan air tadah hujan.
“Nanti data tersebut didsitribusikan ke OPD untuk membuat program dengan mensandingkan data kemiskinan ekstrim dari Bapedda dua data itu dasar kita, sehingga kita bisa dapatkan keluarga yang tergolong stunting,” katanya.