Pontianak (ANTARA) - Wakil Bupati Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat Sujiwo mengapresiasi kehadiran destinasi wisata kuliner Kampung Wah Sawah yang dikelola pengurus Pondok Pesantren Darul Fikri, Desa Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap.
"Keberadaan Kampung Wah Sawah dengan konsep makan di alam terbuka persawahan itu tidak saja mendukung pariwisata dan ekonomi daerah, tapi juga menjadi wujud upaya kemandirian pondok pesantren dalam menghidupi dirinya. Alih-alih hanya mengandalkan bantuan dari donatur dan pemerintah, sehingga ini patut kita apresiasi," kata Sujiwo di Sungai Kakap, Selasa.
Menurut Sujiwo, pondok pesantren memang sudah harus mulai memikirkan konsep mandiri agar tidak terus berpangku tangan dengan para donatur dan pemerintah daerah.
Sujiwo menjelaskan, pengelolaan pendidikan pondok pesantren berada di bawah kewenangan Kementerian Agama. Karena itu, tanggung jawab utama terkait kegiatan pondok pesantren ada di tangan Kementerian Agama.
"Jadi pemerintah daerah membantu Ponpes itu hukumnya sunah. Bagi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, yang menjadi prioritas utama adalah kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dulu, makanya tidak bisa memberikan perhatian yang sangat maksimal kepada pondok pesantren," tuturnya.
Karena itu, Sujiwo mengapresiasi para pihak yang secara intens dan sinergis melakukan pembinaan kemandirian ekonomi kepada entitas pondok pesantren di Kubu Raya. Dirinya berharap kepedulian itu dapat menjadi ikon dan motivasi bagi pondok-pondok pesantren lainnya.
"Atas nama Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan secara pribadi, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setingggi-tingginya kepada Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Kalbar, Kementerian Agama, dan Universitas Tanjungpura yang telah melakukan fastabiqul khairat untuk memberikan suatu manfaat dan kebaikan," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Fikri Ustaz Nur Kholik mengatakan pihaknya sangat fokus untuk membangun unit-unit usaha yang nantinya bisa memandirikan pondok. Bahkan secara khusus ia melakukan studi banding ke Jawa Barat untuk melihat langsung pengelolaan unit usaha pondok pesantren.
"Dari Bank Indonesia mendapat kesempatan untuk studi banding ke pondok pesantren di Jawa Barat guna melihat lebih dekat tentang unit usaha pondok. Itu pesantren besar dengan 16 ribu santri yang belajar gratis dan unit usaha yang banyak mencapai 58 unit usaha dan dari situ kami banyak belajar dan kini memulai dengan apa yang dapat kami lakukan," katanya.