Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan musim kemarau di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) masih berlangsung meskipun terjadi hujan pada akhir Juli hingga awal Agustus 2024
"Meskipun terjadi hujan, musim kemarau masih berlangsung di NTB," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nidya Kirana melalui keterangan tertulis di Mataram, Rabu.
BMKG menyatakan pada dasarian I Agustus 2024 (1-10 Agustus 2024) potensi hujan di wilayah NTB terbilang kecil. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang ( di atas 20 mm/dasarian) memiliki peluang kejadian sebesar kurang 10 persen di seluruh wilayah NTB.
Berdasarkan monitoring, analisis, dan prakiraan curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi waspada, siaga, dan awas.
Ia menyebut status kekeringan level waspada di Dompu, Kabupaten Bima, Kota Bima, Lombok Utara, dan Sumbawa, level siaga di Kecamatan Swela, Kabupaten Lombok Timur, dan level awas di Kecamatan Belo dan Palibelo, Kabupaten Bima.
Hasil Monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+0.11) terpantau berada pada kondisi netral. Prediksi indeks ENSO berpotensi menuju la Lina mulai periode Agustus-September-Oktober (ASO) 2024.
Nilai anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD Netral (+0.49) dan diprediksi IOD Netral akan berlangsung Agustus hingga Januari 2025.
"Aliran massa udara wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk NTB sudah didominasi angin timuran," katanya.
MJO diprediksi kembali aktif di wilayah Benua Maritim pada dasarian III Juli, sementara gelombang Kelvin dan Equatorial Rossby diprediksi aktif di wilayah Indonesia bagian utara, tengah, dan timur, serta sebagian kecil bagian selatan.
"Aktifnya MJO dan gelombang atmosfer berkaitan dengan potensi peningkatan pembentukan awan hujan," katanya.
Seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau, sehingga masyarakat NTB himbau menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien.
"Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau," katanya