Tokyo (ANTARA) - Hubungan diplomatik Indonesia-Jepang menapaki usia ke-66 tahun ini sekaligus babak baru dalam kemitraan strategis komprehensif yang resmi disepakati pemimpin kedua negara pada akhir 2023.
Peningkatan status tersebut merupakan kompas penentu arah kerja sama yang berfokus pada kontribusi konkret bagi masyarakat baik Indonesia maupun Jepang.
Dalam konteks diplomasi Indonesia di Jepang, upaya-upaya itu diejawantahkan dalam rencana aksi dengan mengkonsolidasikan program-program yang sudah berjalan dengan pendekatan-pendekatan yang lebih komprehensif.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi mengatakan pembahasan rencana aksi itu masih terus berjalan dan diharapkan rampung paling lambat awal tahun depan.
“Kemitraan itu menandakan tujuan bersama dalam berbagai kepentingan strategis,” katanya.
Kunjungan kerja pertama luar negeri Kaisar Jepang Naruhito ke Indonesia pada tahun lalu menandakan hubungan kedua negara pada titik yang lebih tinggi.
Indonesia dan Jepang telah berkolaborasi dalam forum-forum regional, seperti Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur dan Dialog Jepang-ASEAN dengan tujuan menciptakan Indo-Pasifik yang lebih stabil, damai dan sejahtera.
Di bidang pertahanan, pada 2021 kedua negara menandatangani kesepakatan transfer alat dan teknologi pertahanan. Pasukan Pertahanan Jepang juga mulai ikut serta dalam latihan gabungan militer “Super Garuda Shield” di Indonesia sejak 2022.
Lembaga kepolisian nasional kedua negara juga bekerja sama dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan transnasional pada 2023.
Dalam bidang ekonomi, perdagangan bilateral pada 2022 mencapai 42 miliar dolar AS atau setara dengan Rp667,5 triliun yang menempatkan Jepang urutan kedua mitra dagang terbesar Indonesia.
Kedua negara juga telah bersama-sama menginisiasi Asian Zero Emission Community guna mempercepat dekarbonisasi di Asia menuju karbon netral sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi.
Tahun ini juga telah dilakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) serta Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk perdagangan bilateral yang ditandatangani Oktober lalu.
Kesepakatan itu akan dituangkan menjadi cetak biru untuk kerja sama bilateral di masa yang akan datang baik di Asia maupun global.
Jepang juga mitra kuat dalam agenda pengembangan infrastruktur di Indonesia. Proyek ikonik kerja sama kedua negara adalah MRT Jakarta yang pada tahun ini telah dilakukan pemancangan batu pertama untuk koridor Timur-Barat.
Berorientasi pada Rakyat
Di depan para pejabat Jepang dalam resepsi diplomatik, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani berharap hubungan Indonesia dan Jepang ke depannya lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat kedua negara (people-to-people oriented relation) yang dampaknya dapat dirasakan rakyat kedua negara.
Bagi Indonesia, hubungan bilateral yang dimaksud adalah yang dapat membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas pendidikan untuk meraih teknologi yang maju.
“Ke depan, hubungan kedua negara juga harus lebih inklusif dengan melibatkan elemen masyarakat, misalkan pihak swasta, akademisi, masyarakat sipil dan terutama generasi muda,” katanya.
Tidak dipungkiri, Jepang telah berkontribusi bagi kemajuan pembangunan ekonomi di Indonesia, begitu pula Indonesia terhadap Jepang.
Puan mengatakan Indonesia dapat membantu Jepang yang saat ini mengalami lonjakan jumlah penduduk lansia (aging population), sementara Jepang bisa membantu industrialisasi di Indonesia.
Hingga akhir 2024, jumlah warga negara Indonesia (WNI) di Jepang diproyeksikan mencapai 180.000 orang, naik tiga kali lipat dari jumlah sebelum pandemi COVID-19.
Keberadaan para pemagang, pekerja dan profesional Indonesia di Jepang tentu berkontribusi pada ekonomi Jepang.
Kedua negara juga selalu terlibat dalam berbagai agenda penting di kawasan, untuk perdamaian stabilitas, kemakmuran kawasan dan dunia.
Jika potensi kedua negara disatukan, maka kontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan akan terwujud di Asia Pasifik, bahkan dunia.
Dengan implementasi kemitraan strategis komprehensif yang dimulai tahun ini, dapat dijadikan momentum bagi keduanya untuk berkolaborasi ke level yang lebih tinggi di berbagai bidang.
“Saya merasa senang melihat bahwa hubungan politik, ekonomi dan sosial budaya kedua negara saat ini berada pada titik tertinggi,” katanya.
Wakil Menteri Luar Negeri Jepang untuk urusan Asia Tenggara Miyaji Takuma menilai sebagai negara besar di ASEAN dengan kepulauan terluas, mayoritas penduduk Muslim serta memimpin di Selatan Global, kerja sama dengan Indonesia menjadi semakin relevan di tengah kondisi internasional yang kian memprihatinkan.
Dia juga memastikan bahwa pemerintah Jepang menyambut partisipasi Indonesia dalam Osaka-Kansai Expo tahun depan di mana ditargetkan sebanyak 25-30 juta orang yang hadir selama pelaksanaan pameran dari April sampai Oktober 2025.
Kesempatan itu juga yang dimanfaatkan Indonesia dengan menampilkan Paviliun Indonesia yang menggabungkan elemen tradisional nusantara dan alam.
Salah satu tujuannya adalah untuk menggenjot kinerja perdagangan Indonesia-Jepang yang merosot ke 31,7 miliar dolar AS (Rp503,3 triliun) dibandingkan 42 miliar dolar AS (667,5 triliun) pada 2022.
Tidak kalah penting, hubungan erat antarwarga merupakan denyut nadi dari hubungan kedua negara di mana peran-peran diaspora menjadi mitra diplomasi dan promosi secara langsung ke masyarakat.
Miyaji menyebut sedikitnya 430.000 warga Indonesia datang berkunjung ke Jepang sepanjang 2023.
“Perlu diketahui, ada sekitar 3.000 orang Indonesia di kampung halaman saya di Prefektur Kagoshima. Saya berharap pertukaran antarwarga dapat menjadi lebih aktif bukan hanya di Kagoshima, melainkan juga di seluruh wilayah Jepang,” katanya.
Sementara itu, merujuk pada data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia, khususnya Bali sepanjang 2023 mencapai 193.598 orang meningkat dibandingkan pada saat pandemi hanya 5.952 orang sepanjang 2021.
Wakil Presiden Asosiasi Indonesia-Jepang (JAPINDA) Kitamura Toshiaki meyakini akan ada banyak peluang kerja sama dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Di tengah kondisi dan kompleksitas global, sangat krusial bagi kedua negara untuk menghargai ikatan yang menghubungkan kita dari hati ke hati,” katanya.
Sikap saling percaya, pemenuhan tanggung jawab dan berjalan bersama adalah kunci yang dinilai mampu menciptakan masa depan yang damai dan sejahtera.