Jakarta (ANTARA) - Pemerintah pusat dan daerah akan melakukan pemantauan bersama setiap minggu untuk memantau capaian program pengendalian Tuberkulosis (TBC) di seluruh Indonesia, guna memastikan progres yang optimal dalam upaya penanggulangan penyakit itu.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemantauan tiap minggu bertujuan mempercepat diagnosis dan pengobatan, serta meningkatkan cakupan program pengendalian penyakit menular tersebut.
“Dengan monitoring secara rutin antara pemerintah pusat dan daerah, kita bisa mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil serta memastikan bahwa penanganan TBC berjalan efektif di seluruh wilayah,” kata Budi.
Adapun kegiatan monitoring mingguan ini, katanya, akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk dinas kesehatan provinsi dan kabupaten-kota, rumah sakit, puskesmas, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas.
Penemuan kasus akan menjadi fokus utama dalam pemantauan ini, katanya, yang mencakup skrining TBC pada populasi berisiko dan investigasi kontak oleh tenaga kesehatan atau kader, dengan minimal 8 orang diperiksa untuk setiap kasus TBC.
Baca juga: Menkes: TBC gampang diobati jika kasusnya sudah ditemukan
Sementara itu, kata Budi, pengobatan mencakup pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan atau kader hingga pasien berhasil sembuh dari TBC, serta penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan, yang mencakup pemenuhan akses diagnostik dan logistik di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
Sebagai langkah awal, pemerintah akan mengintensifkan upaya penemuan kasus TBC terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk dan mereka yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien TBC.
“TBC kalau bisa ditemukan lebih awal lebih baik. Sekarang pengobatannya sudah bagus sehingga bisa kita obati lebih cepat, dan yang bersangkutan bisa sembuh tanpa menulari orang lain,” kata Budi.
Dia menyebutkan, upaya penemuan kasus akan dipadukan dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan jika mengalami gejala-gejala seperti batuk berkepanjangan, demam, dan penurunan berat badan guna menurunkan angka penularan dan kematian akibat TBC.
“Ini (skrining) yang harus kita tingkatkan, karena TBC terkadang tidak bergejala. Tapi kalau di lingkungan kita ada yang terkena TBC, lebih baik ditanyakan ke puskesmas untuk dicek, karena siapa tahu kita juga tertular,” kata Menkes.
Dia berharap pemantauan yang intensif dan koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dapat memacu Indonesia mencapai target penemuan 1 juta kasus aktif TBC pada 2025, yang merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga: Dinkes Kalbar mempercepat penanggulangan TBC dengan monev program