Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menyatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah disebabkan kepercayaan diri pelaku pasar mulai menguat karena Bank Indonesia (BI) “stand by” di pasar.
“Kepercayaan diri pelaku pasar mulai menguat karena BI stand by di pasar. BI berjaga-jaga dan melakukan intervensi di pasar valuta asing,” ujarnya ketika ditanya Antara, Jakarta, Jumat.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan hari ini ditutup menguat hingga 91 poin atau 0,56 persen menjadi Rp16.222 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.313 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut mengalami penguatan ke level Rp16.270 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.277 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah bukan karena ada penggeledahan di BI
Rully telah memprediksi sebelumnya, bahwa rupiah diperkirakan menguat di kisaran Rp16.280-Rp16.320 per dolar AS walaupun indeks dolar AS masih dalam tren meningkat.
Arus modal masuk ke pasar saham yang mencapai 57 juta dolar AS hingga sesi 1 pada hari ini dianggap mendongkrak penguatan nilai tukar rupiah.
Di samping itu, BI juga siap siaga melakukan intervensi di pasar spot and forward agar kurs rupiah tak terlalu fluktuatif.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan menurunkan BI-Rate pada tahun depan dengan laju lebih lambat untuk menstabilkan kurs rupiah dalam menghadapi volatilitas pasar yang meningkat di bawah pemerintahan AS saat ini.
Ia memperkirakan BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) yang membuat BI-Rate berada di level 5,75 persen pada akhir 2025.
"Di tengah strategi penurunan suku bunga The Fed (Federal Reserve) secara bertahap, kami memperkirakan Bank Indonesia akan mengadopsi pendekatan pelonggaran moneter yang terukur sepanjang tahun 2025," ucap Josua.
Baca juga: Rupiah melemah di tengah kekhawatiran kebijakan tarif Trump