Mataram (ANTARA) - Hujan dan angin kencang mengakibatkan bencana alam berupa tanah longsor dan pohon tumbang serta rumah rusak di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu siang.
"Untuk laporan sementara dalam musibah itu tidak ada korban jiwa, hanya kerugian material," kata Kasi Humas Polres Lombok Timur AKP Nicolas Osman di Lombok Timur, Minggu.
Pohon tumbang akibat terpaan angin kencang tersebut terjadi di jalur wisata Suela-Sembalun, sempat mengganggu arus lalu lintas menuju wisata Pusuk Sembalun dan memunculkan kemacetan panjang.
Untuk mengurai kemacetan anggota polsek bersama petugas koramil, BPBD bersama warga lainnya, dengan tanggap langsung turun ke TKP untuk memindahkan kayu besar yang menutup badan jalan agar kemacetan teratasi.
"Dengan cara memotong pohon tumbang tersebut menggunakan alat yang dibawa petugas BPBD Lombok Timur dan kemacetan dapat teratasi," katanya.
Kejadian serupa terjadi di Desa Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur. Selain pohon tumbang juga terjadi tanah longsor menutupi badan jalan serta di Selong, pohon tumbang menerpa sebuah toko.
Dengan kesigapan petugas kepolisian bersama TNI Polri, BPBD dan warga berjibaku mengatasi pohon dan tanah yang menutupi jalan tersebut, agar masyarakat dapat melalui kembali.
Bencana alam itu juga terjadi di Kecamatan Labuhan Haji, berupa pohon tumbang menutupi badan, di depan Taman Kota Selong, rumah rusak akibat angin kencang di Kecamatan Keruak.
"Pohon tumbang maupun tanah longsor di beberapa titik di wilayah Lombok Timur," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerbitkan peringatan potensi cuaca ekstrem selama sepekan di wilayah Nusa Tenggara Barat akibat dampak tidak langsung dari kemunculan Bibit Siklon Tropis Invest 96S.
"Bibit Siklon Tropis Invest 96S memberikan dampak tidak langsung berupa peningkatan curah hujan, peningkatan kecepatan angin, dan gelombang tinggi di Nusa Tenggara Barat," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Lombok, Satria Topan Primadi dalam penyataan yang dikutip di Mataram, Minggu.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Australia, badai yang bergerak di lepas pantai Kimberley tersebut berpotensi mencapai intensitas siklon pada Senin, 10 Februari 2025 mendatang. Sistem badai diperkirakan bergerak lebih jauh ke barat daya menuju pantai Pilbara di sebelah barat Australia.
Ia mengungkapkan selain kemunculan bibit siklon tropis baru, cuaca ekstrem juga dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmosfer Ekuatorial Rossby di sekitar Nusa Tenggara Barat dan Monsun Asia yang membawa uap air dari Asia melewati Indonesia mengarah ke Australia.
Masyarakat perlu mewaspadai hujan sedang hingga lebat, angin kencang, gelombang laut tinggi, dan potensi peningkatan intensitas bencana hidrometeorologi akibat fenomena cuaca yang kini sedang terjadi hingga sepekan ke depan.
"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada berhati-hati dengan dampak bencana," katanya.