Pontianak (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat mencatat nilai ekspor provinsi tersebut pada Desember 2024 mengalami kenaikan signifikan sebesar 22,54 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Nilai ekspor meningkat dari US$ 187,70 juta pada November 2024 menjadi US$ 230 juta di Desember 2024. Secara tahunan, ekspor Kalimantan Barat juga mencatat kenaikan 7 persen dibandingkan periode Januari-Desember 2023," kata Kepala BPS Kalimantan Barat, Muhammad Saichudin, di Pontianak, Kamis.
Dia mengungkapkan bahwa peningkatan ekspor ini didorong oleh tiga golongan barang unggulan, yaitu Bahan Kimia Anorganik (HS28) yang menyumbang 58,50 persen, Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS15) sebesar 21,51 persen, serta Karet dan Barang dari Karet (HS40) dengan kontribusi 6,54 persen terhadap total ekspor.
Selain itu, tiga golongan barang unggulan berikutnya, yaitu Berbagai Produk Kimia (HS38), Buah-buahan (HS08), serta Kayu dan Barang dari Kayu (HS44), turut memberikan kontribusi sebesar 7,97 persen atau senilai US$ 18,33 juta terhadap total ekspor Kalimantan Barat.
Secara keseluruhan, ekspor dari sepuluh golongan barang utama (HS 2 digit) berkontribusi sebesar 98,45 persen dari total ekspor Kalimantan Barat, dengan pertumbuhan 23,41 persen dari US$ 183,48 juta di November 2024 menjadi US$ 226,44 juta di Desember 2024.
Saichudin menambahkan, India, Tiongkok, dan Australia menjadi tiga negara tujuan ekspor terbesar bagi Kalimantan Barat pada Desember 2024. India mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 88,41 juta, diikuti oleh Tiongkok dengan US$ 32,85 juta, dan Australia senilai US$ 27,77 juta.
"Total ekspor ke ketiga negara ini mencapai US$ 149,03 juta atau 64,79 persen dari total ekspor Kalimantan Barat," kata Saichudin.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor ke India mengalami kenaikan sebesar 57,99 persen, sementara ekspor ke Tiongkok naik 20,99 persen. Sementara itu, ekspor ke Australia melonjak tajam hingga 18.413,33 persen.
Secara keseluruhan, tujuh negara utama di Asia masih mendominasi tujuan ekspor Kalimantan Barat dengan kontribusi 81,80 persen.
Di sisi lain, nilai impor Kalimantan Barat pada Desember 2024 juga mengalami peningkatan signifikan, naik 36,36 persen dari US$ 50,60 juta pada November 2024 menjadi US$ 69 juta. Secara tahunan, impor mengalami kenaikan 54,55 persen dibandingkan periode Januari-Desember 2023.
Tiga golongan barang utama yang menyumbang impor terbesar adalah Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS84) dengan kontribusi 35,52 persen, Bahan Bakar Mineral (HS27) sebesar 18,23 persen, serta Mesin/Peralatan Listrik (HS85) sebesar 13,12 persen.
"Secara keseluruhan, ketiga golongan barang ini menyumbang 66,87 persen dari total impor," imbuh Saichudin.
Selain itu, tiga golongan barang lainnya yang juga berperan dalam impor Kalimantan Barat adalah Bahan Kimia Organik (HS28), Gandum-ganduman (HS10), serta Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89). Ketiga golongan barang ini berkontribusi sebesar 20,68 persen atau senilai US$ 14,27 juta.
Secara keseluruhan, impor dari sepuluh golongan barang utama (HS 2 digit) memberikan kontribusi 94,75 persen terhadap total impor Kalimantan Barat. Dari sisi pertumbuhan, impor kelompok barang ini meningkat sebesar 54,27 persen dari US$ 42,38 juta di November 2024 menjadi US$ 65,38 juta di Desember 2024.
Tiongkok, Malaysia, dan India menjadi tiga negara pemasok impor terbesar bagi Kalimantan Barat pada Desember 2024. Tiongkok menyumbang 57,42 persen dari total impor, diikuti oleh Malaysia sebesar 17,41 persen, dan India sebesar 6,99 persen.
"Total impor dari ketiga negara ini mencapai US$ 56,45 juta atau 81,82 persen dari total impor Kalimantan Barat," kata dia.
Sebagian besar impor Kalimantan Barat berasal dari delapan negara utama di Asia dengan total nilai US$ 68,72 juta atau 99,60 persen dari total impor. Sementara itu, kontribusi impor dari Amerika Serikat hanya sebesar 0,23 persen, dan negara lainnya menyumbang 0,17 persen.
Dengan peningkatan ekspor dan impor yang signifikan, Kalimantan Barat terus menunjukkan pertumbuhan perdagangan luar negeri yang positif. Tren ini diharapkan dapat terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap komoditas unggulan Kalbar.