Bengkayang (ANTARA) - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang meningkat sinergi lintas sektor dalam menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks terutama dalam mencegah penyakit menular dan tidak menular.
Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang Kelik Muriyanto mengatakan pembangunan kesehatan merupakan bagian penting dari pembangunan manusia seutuhnya. Tanpa kesehatan yang baik, mustahil masyarakat mencapai kualitas hidup produktif dan berdaya saing.
“Kita sedang menghadapi beban ganda penyakit. Di satu sisi masih berhadapan dengan penyakit menular, di sisi lain penyakit tidak menular justru terus meningkat,” katanya saat membuka Pertemuan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan serta Pengendalian Penyakit di Bengkayang, Kamis.
Data Dinas Kesehatan menunjukkan, hingga September 2025 tercatat 75 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bengkayang, dengan nol kematian. Jumlah itu jauh menurun dibanding 2023 yang mencapai 319 kasus dengan dua kematian, maupun 2024 dengan 200 kasus dan dua kematian.
Selain itu, Kabupaten Bengkayang berhasil mempertahankan status bebas malaria selama lima tahun terakhir dengan nol kasus malaria lokal. Pada 2024, Kementerian Kesehatan bahkan telah menganugerahkan sertifikat eliminasi malaria kepada daerah ini.
Namun di sisi lain, penyakit tidak menular (PTM) menunjukkan tren mengkhawatirkan. Pada 2024, tercatat 34.034 kasus hipertensi atau 43,46 persen dari total sasaran pelayanan kesehatan. Sementara kasus diabetes melonjak dari 1.794 pada 2020 menjadi 4.244 kasus pada 2024.
“Ini alarm serius bagi kita semua,” ujarnya.
Dinkes Bengkayang juga menyiapkan program deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan HPV DNA dengan sasaran 1.900 perempuan berusia 30-69 tahun yang tersebar di 17 kecamatan pada 2025. Program ini diharapkan mampu mencegah meningkatnya kasus kanker yang selama ini sering terdeteksi terlambat.
Di sisi imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap sampai Agustus 2025 baru mencapai 32,6 persen. Angka ini dinilai masih rendah dan berisiko memicu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
“Kita tidak boleh lengah, imunisasi rendah bisa membuka peluang munculnya kembali penyakit lama,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, ia menekankan perlunya memperkuat upaya promotif dan preventif. Ia menegaskan, pencegahan jauh lebih murah dibanding pengobatan. Puskesmas dan tenaga kesehatan di lini terdepan disebut memiliki peran vital dalam mendorong masyarakat untuk hidup sehat dan melakukan deteksi dini.
Ia juga mengajak seluruh pihak untuk bersatu padu menghadapi tantangan kesehatan di Bengkayang. Target besar tahun 2025 adalah menekan angka kesakitan penyakit menular, memperkuat deteksi dini PTM, dan memperluas layanan kesehatan hingga pelosok desa.
“Kesehatan adalah tanggung jawab bersama, tidak ada sektor yang bisa bekerja sendiri,” katanya.
Dengan dukungan lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat, ia optimistis Bengkayang mampu menciptakan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan sejahtera.
“Pertemuan ini menjadi langkah nyata kita dalam memperkuat koordinasi dan menyusun strategi pencegahan penyakit di Bengkayang,” ujarnya.
