Merangkai Masa Depan Melalui Industrialisasi: Peluang dan Tantangan di Era Transformasi

Merangkai Masa Depan Melalui Industrialisasi: Peluang dan Tantangan di Era Transformasi

Logo MIND ID (ANTARA/HO)

Jakarta (ANTARA) - Dalam dekade terakhir, industrialisasi terus menjadi salah satu pilar penting pembangunan ekonomi di Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan pasar global, industrialisasi menawarkan kesempatan besar untuk memperkuat pondasi ekonomi nasional. Namun, di balik peluang yang tersedia, terdapat tantangan besar yang harus diatasi. Kami berbincang dengan Bapak Victor Marudut Mulia Siregar, S.Kom, M.Kom, dosen aktif dari Politeknik Bisnis Indonesia yang mengajar mata kuliah Ilmu Komputer, untuk membahas masa depan industrialisasi di Indonesia dan peran teknologi di dalamnya.

Peran Strategis Industrialisasi di Indonesia

Menurut Bapak Victor, industrialisasi merupakan jantung dari pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Melalui industrialisasi, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai tambah produk lokal, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor, ungkapnya saat diwawancarai. Industrialisasi di Indonesia telah menciptakan sejumlah besar lapangan kerja, khususnya di sektor manufaktur, otomotif, dan tekstil.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2023

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor industri menyumbang sekitar 20,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2023, menjadikannya salah satu sektor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Indonesia merupakan pemain utama di pasar komoditas, seperti kelapa sawit, karet, dan kopi. Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana mengolah bahan mentah ini menjadi produk bernilai tambah yang dapat bersaing di pasar global.

Teori Industrialisasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori industrialisasi mengemukakan bahwa proses ini merupakan langkah penting dalam pembangunan ekonomi. Menurut ekonom terkenal, Walt Rostow, industrialisasi adalah salah satu dari lima tahap dalam model pertumbuhan ekonominya. Bapak Victor menjelaskan bahwa dalam konteks Indonesia, transisi dari ekonomi agraris menuju ekonomi industri tidak hanya akan meningkatkan efisiensi tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.

Tantangan Besar: Infrastruktur dan SDM
Sumber: BPS (2024)
Meskipun peluangnya besar, proses industrialisasi di Indonesia juga menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Salah satu masalah utama adalah infrastruktur yang belum memadai. Menurut laporan Kementerian Perindustrian, sekitar 40% dari kebutuhan infrastruktur untuk mendukung industri masih belum terpenuhi. Bapak Victor menekankan, "Investasi dalam infrastruktur adalah kunci. Tanpa itu, kita akan kesulitan untuk menarik investor asing dan meningkatkan daya saing produk kita.

Selain masalah infrastruktur, tantangan lain yang dihadapi adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang siap bekerja di sektor industri modern. Banyak tenaga kerja yang belum memiliki keterampilan yang relevan untuk menghadapi tuntutan industri berbasis teknologi tinggi. Hal ini diperparah dengan rendahnya tingkat adopsi teknologi di beberapa industri kecil dan menengah (IKM), yang seringkali terbatas pada teknologi tradisional dan manual. "Untuk mendorong industrialisasi, kita harus fokus pada pelatihan tenaga kerja dan peningkatan keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan industri 4.0," tambah Bapak Victor.

Selain itu, permasalahan birokrasi dan regulasi yang kompleks juga kerap menjadi hambatan bagi investor dan pelaku industri dalam mendirikan atau mengembangkan usaha. Proses perizinan yang memakan waktu lama dan aturan yang tumpang tindih sering kali mengurangi minat investasi di sektor industri.

Era Transformasi Digital

Pada masa digital ini, industrialisasi mengalami perubahan yang mendalam. Konsep Industry 4.0, yang menekankan pemanfaatan teknologi informasi, otomatisasi, dan big data, kini menjadi tren utama yang merombak cara kita memproduksi dan berbisnis. "Indonesia perlu mengadopsi teknologi terkini agar tidak tertinggal dalam kompetisi global," ungkap Bapak Victor. Implementasi teknologi canggih di sektor industri, termasuk robotika dan Internet of Things (IoT), tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga menciptakan peluang untuk inovasi produk dan layanan. Kementerian Perindustrian melaporkan bahwa adopsi teknologi ini bisa meningkatkan produktivitas hingga 30% dan memungkinkan perusahaan untuk lebih responsif terhadap perubahan permintaan pasar.

Lebih jauh lagi, digitalisasi membuka kesempatan baru untuk kolaborasi antara perusahaan dan lembaga riset, yang dapat mempercepat pengembangan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dengan memanfaatkan analitik data yang mendalam, perusahaan dapat lebih memahami perilaku konsumen dan merancang strategi bisnis yang lebih efektif. Dalam hal ini, sangat penting bagi Indonesia untuk memperkuat infrastruktur digital dan meningkatkan akses internet, terutama di daerah terpencil, sehingga semua pelaku industri dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh era digital ini.

Dengan mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam proses produksi, industri Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan daya saingnya, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Keberhasilan transformasi digital memerlukan komitmen dari semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga lembaga pendidikan, untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam revolusi industri ini.

Peran Pendidikan dan Pelatihan

Kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penentu keberhasilan industrialisasi. Bapak Victor menekankan perlunya pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% tenaga kerja di sektor industri yang memiliki keterampilan yang relevan. "Kita perlu mengikuti program pelatihan yang mengedepankan keterampilan teknis dan soft skills agar tenaga kerja kita siap menghadapi tantangan industri masa depan," ujarnya.

Pemerintah Indonesia telah menginisiasi berbagai program pelatihan guna meningkatkan keterampilan tenaga kerja di sektor industri, sebagai respon terhadap tantangan dalam proses industrialisasi. Salah satu langkah penting yang diambil adalah pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BLK menawarkan pelatihan kejuruan di berbagai bidang, seperti otomotif, elektronika, manufaktur, hingga teknologi informasi. Program ini bertujuan untuk memastikan tenaga kerja memiliki keterampilan teknis yang sesuai dengan kebutuhan industri masa kini. Program-program pelatihan ini adalah upaya pemerintah untuk mempersempit kesenjangan keterampilan di sektor industri, memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia siap bersaing di pasar global, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan Pemerintah untuk Mendukung Industrialisasi

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan strategis untuk mendukung industrialisasi, termasuk inisiatif Making Indonesia 4.0 yang mendorong adopsi teknologi canggih seperti otomatisasi, AI, dan IoT. Selain itu, pemerintah fokus pada pembangunan infrastruktur, seperti proyek jalan tol dan pembangkit listrik, guna meningkatkan konektivitas dan mendukung kebutuhan energi industri. Kebijakan insentif pajak seperti tax holiday dan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga dirancang untuk menarik investasi dan memperkuat pertumbuhan sektor industri di berbagai wilayah.

Di samping itu, pemerintah mendorong pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) melalui program pembiayaan dan akses digital, serta meningkatkan pendidikan vokasi dengan program link and match antara industri dan lembaga pendidikan. Upaya memperkuat ekspor dan rantai pasok domestik juga dilakukan untuk memperluas pasar bagi produk industri Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada impor. Kebijakan ini diharapkan menciptakan industrialisasi yang berkelanjutan, kompetitif, dan inklusif bagi perekonomian nasional.

Dalam sektor pertambangan, industri ini memiliki peran penting dalam mendukung proses industrialisasi di Indonesia, khususnya sebagai penyedia bahan baku utama bagi berbagai sektor seperti manufaktur, konstruksi, dan energi. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi aktor kunci dalam rantai pasok global energi terbarukan.

Namun, sektor ini menghadapi tantangan signifikan, seperti ketidakstabilan harga komoditas di pasar global dan dampak negatif terhadap lingkungan akibat aktivitas pertambangan. Untuk menghadapi hal tersebut, pemerintah mendorong penerapan praktik pertambangan yang lebih ramah lingkungan, termasuk upaya pemulihan lahan setelah tambang serta penggunaan teknologi hijau guna menekan emisi dan mengurangi limbah industri.

Industri Ramah Lingkungan: Industrialisasi Berkelanjutan

Dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, industrialisasi di Indonesia juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Pemerintah dan perusahaan perlu berkolaborasi untuk mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan dalam proses produksi. Salah satu perusahaan yang menonjol dalam upaya ini adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), yang merupakan bagian dari MIND ID (Mining Industry Indonesia).

ANTAM telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dengan memanfaatkan energi terbarukan dalam operasinya, khususnya di Pabrik Feronikel Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Dalam kolaborasi dengan PT PLN, ANTAM memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mendukung tujuan pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060 (sumber: https://www.antam.com/en/news-and-events/article/antam-maximizes-greenhouse-gas-emission-reduction-to-maintain-sustainability).

Perusahaan ini juga telah mengadopsi peta jalan untuk mengurangi emisi karbon dan menerapkan sistem pengendalian emisi. Selain itu, ANTAM telah menerima penghargaan atas upaya yang dilakukan dalam aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG). Penghargaan ini mencerminkan komitmen ANTAM untuk membangun industri yang lebih ramah lingkungan dengan fokus pada inovasi dan tanggung jawab sosial.

Langkah-langkah ini sangat penting, karena industri yang berkelanjutan tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi, tetapi juga menciptakan efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan energi dan pengelolaan limbah. Dengan berkolaborasi, pemerintah dan sektor swasta dapat menciptakan ekosistem industri yang lebih berkelanjutan, yang tidak hanya bermanfaat bagi perekonomian tetapi juga untuk kelestarian lingkungan.

Karya tulis ini dibuat dalam rangka lomba MediaMIND 2024 dengan kategori Reportease Mahasiswa yang digagas oleh MIND ID.

Penulis : Sarah Veronica Siregar

Perguruan Tinggi : Universitas Esa Unggul-Magister Manajemen-FEB

Narasumber : Victor Marudut Mulia Siregar, S.Kom, M.Kom - Dosen aktif Politeknik Bisnis Indonesia
Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2025