Jakarta (ANTARA Kalbar) - Tidak satu pun negara pun di dunia, di luar Jepang, yang menutup atau sekedar menghentikan operasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)-nya sejak kejadian di Fukushima pada Maret 2011, kata pakar desain reaktor nuklir Doktor Ismail, M.Eng.
"Jepang pun sudah menyalakan lagi dua unit PLTN-nya di Ohi Jepang bagian barat pada Juli ini. Keputusan 'restart' ini akan segera diikuti seluruh PLTN-nya yang lain yang terpaksa dimatikan pada beberapa waktu lalu sebagai respon kejadian Fukushima dan protes masyarakat," ujar Ismail di Jakarta, Jumat.
Pengoperasian PLTN ini tentu saja sudah berdasarkan uji Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jepang, ujar Kepala Bidang Pengkajian Reaktor Nondaya di Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) itu.
Jepang, lanjut dia, mulai merasakan defisit listrik, khususnya di sektor industri, berhubung 35 persen listrik Jepang selama ini dihasilkan oleh PLTN. Sedangkan kebutuhan listrik masyarakatnya tetap diprioritaskan untuk dipenuhi dengan sumber-sumber energi lainnya.
Menurut Ismail, teknologi reaktor nuklir hari ini sudah sangat maju dan sangat aman, karena sudah ada desain keselamatan pasif untuk teknologi reaktor nuklir dimana sebuah reaktor mampu mengatasi masalah dengan sendirinya tanpa perintah atau aktivasi dari manusia.
Dengan desain keselamatan pasif ini jika terjadi fenomena abnormal seperti peningkatan suhu di suatu reaktor nuklir, maka desain reaktor secara alami akan menurunkannya.
Umpan balik negatif itu diperoleh dari bahan-bahan yang sifatnya menyerap netron dalam jumlah besar seperti unsur boron dan gadolinium yang telah difabrikasi.
Meski secara teoretis desain ini sudah ada sejak separuh abad lalu namun teori ini baru saja diaplikasikan ke dalam teknologi reaktor, karena itu PLTN yang didesain sebelum tahun 2000-an masih menggunakan "active safety design" termasuk reaktor Fukushima Dai'ichi yang memang sudah harus memasuki masa "pensiun" pada 2011.
Sebelum kecelakaan Fukushima, ujarnya, setidaknya ada dua kecelakaan nuklir lainnya, yakni kecelakaan di Three Mile Island, AS pada 1979 akibat adanya komponen dalam sistem keselamatannya yang gagal melaksanakan fungsinya.
"Kecelakaan ini merupakan kecelakaan akibat salah desain," katanya sambil menambahkan saat ini jumlah PLTN di dunia mencapai sekitar 442 dan akan bertambah menjadi 550 unit beberapa lama lagi, 321 unit di antaranya ada di Asia.
Kecelakaan berikutnya adalah kecelakaan Chernobyl di Uni Sovyet pada 1986, yang disebabkan kesalahan prosedur dimana salah satu unit reaktor menjadi tempat bereksperimen dan akhirnya tidak bisa dikendalikan lagi.
Sedangkan kecelakaan Fukushima disebabkan oleh kesalahan di luar desain, dimana reaktor tidak didesain untuk mengantisipasi gelombang tsunami setinggi belasan meter yang mampu merusak genset untuk sistem pendingin PLTN.
(D009)