Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Windu Nuryanti mengatakan sebanyak 10 persen dari 7.000 bahasa di dunia berada di Indonesia sehingga dengan kekayaan bahasa sebanyak itu, bangsa Indonesia memiliki pengalaman memadai dalam pengelolaan masalah kebahasaan.
"Indonesia memiliki cukup banyak pakar yang memang kompeten dalam bidang kebahasaan. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan diketahui Indonesia memiliki kurang lebih 743 bahasa. Dari jumlah itu, 442 bahasa sudah dipetakan oleh Badang Pengembangan dan Pembinaan Bahasa," kata Windu saat membacakan sambutan Mendikbud Muhammad Nuh pada acara pembukaan Forum Keberagaman Bahasa Asia-Europa Meeting Language Diversity Forum (ASEM) di Jakarta, Selasa.
Dari jumlah tersebut, diantaranya 26 bahasa di Sumatera, 10 bahasa di Jawa dan Bali, 55 bahasa di Kalimantan, 58 bahasa di Sulawesi, 11 bahasa di NTB, 49 bahasa di NTT, 51 bahasa di Maluku dan 207 bahasa di Papua.
"Tidak tertutup kemungkinan jumlah bahas itu, akan terus bertambah karena hingga kini penelitian itu terus dilakukan dan belum selesai," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya sebagaimana bahasa etnis di negara-negara lain, keberlangsungan hidup bahasa-bahasa daerah itu
di Indonesia juga berbeda-beda, baik dari segi daya tahan hidup maupun jumlah penutur.
Artinya diantara bahasa-bahasa daerah di Indonesia itu, ada bahasa daeah yang vitalitas (daya hidupnya) masih bertahan lama karena didukung oleh jumlah penutur yang besar.
Namun demikian ada pula bahasa daerah yang memang dalam kondisi terancam punah karena jumlah penuturnya sedikit dan hanya digunakan oleh kalangan generasi tua, bahkan ada bahasa etnis di Indonesia yang penuturnya sedikit dan hanya digunakan oleh kalangan generasi tua.
Bahkan ada bahasa etnis di Indonesia yang penuturnya tinggal beberapa orang saja, yakni penutur Bahasa Lengilu, Bahasa Hoti, Bahasa Piru, Bahasa Hukumina, Bahasa Hulung, Bahasa Bonerif dan Bahasa Woria yang jumlahnya kurang dari 10 orang saja, katanya.
(Z003)