Bandung (Antara Kalbar) - RSPO ("Roundtable on Sustainable Palm Oil"), organisasi beragam pemangku kepentingan terkait minyak sawit berkelanjutan menggelar program pendanaan sebagai bentuk bagi para petani dan pemilik lahan kecil.
"Tantangan utama bagi petani kecil untuk mendapat sertifikasi RSPO adalah mereka kurang menyadari manfaat akan sertifikasi, dukungan pendanaan, dan kurangnya keahlian pembangunan kapasitas," kata Sekjen RSPO Darrel Webber dalam keterangan tertulis yang diterima di Bandung, Jumat.
Menurut dia, mengingat masih kecilnya rasio dari petani dan pemilik lahan kecil dalam sektor kelapa sawit, adalah penting bagi mereka untuk terus menjadi pusat dalam strategi RSPO dalam melanjutkan praktek berkelanjutan dalam rangka transformasi pasar di sektor tersebut.
RSPO sendiri telah mengumumkan program RSSF ("RSPO Smallholders Support Fund") untuk para petani kecil di sektor kelapa sawit di sejumlah negara produksi seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini.
"Petani dan pemilik lahan kecil mesti menyadari manfaatnya sertifikasi RSPO yang mencakup akses kepada permintaan pasar internasional untuk minyak sawit berkelanjutan, efisiensi dan produktivitas, dan manajemen biaya yang lebih efektif," katanya.
Dewan Eksekutif RSPO menyetujui RSSF dan mekanismenya sejak 2012 di mana sebanyak 10 persen pendapatan diperoleh dari produksi minyak sawit bersertifikat akan dialokasikan kepada petani dan pemilik lahan kecil, serta 50 persen surplus pendapatan dalam tahun finansial RSPO akan disalurkan melalui mekanisme yang sama.
Sebagaimana telah diberitakan, Indonesia diharapkan dapat memproduksi sebanyak 7 ton sawit per satu hektare areal perkebunan dengan adanya program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
"Produktivitas sawit kita masih rendah yakni sekitar 3,8 ton per hektare sementara produktivitas Malaysia mencapai 4,6 ton per hektare," kata Deputi Kemenko Perekonomian Luki Eko Wuryanto dalam pembukaan Sumbagsel Expo 2013 di Pangkalpinang, Kamis (7/3).
Terkait dengan program MP3EI, Luki mengatakan wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) termasuk ke dalam pengembangan koridor ekonomi Sumatera yang berfokus pada enam kegiatan utama, salah satunya adalah kelapa sawit.
Menurut dia, kelapa sawit di Pertamina memegang peranan penting bagi kelapa sawit global karena 43 persen total produksi minyak mentah sawit dunia diprodukis di Indonesia.