Jakarta (Antara Kalbar) - Sejumlah pengusaha sabut kelapa asal India dan Srilanka menjajaki kerja sama dengan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) untuk mendirikan pabrik pengolahan sabut kelapa di Tanah Air.
"Dari laporan Ketua AISKI Sumatera Utara, Sony Wicaksono, usai mengikuti pameran Coir Kerala Fair 2013 di India, diketahui bahwa sejumlah pengusaha tertarik untuk membangun pabrik di Tanah Air," ujar Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI Ady Indra Pawennari di Jakarta, Rabu.
Beberapa produk akhir sabut kelapa yang direncanakan pengembangannya adalah matras, karpet, tali, jaring, keset kaki dan serat sabut kelapa.
Ady mengatakan India dan Srilanka sudah sangat maju dalam teknologi pengembangan sabut kelapanya. Dengan adanya pengolahan produk akhir di dalam negeri, otomatis kita dapat mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor bahan mentah.
Coir Kerala Fair 2013 yang diikuti 1.500 delegasi dan 34 negara itu, adalah ajang pameran produk akhir hasil pengolahan serat sabut kelapa (coco fiber) dan perangkat mesin yang digunakan. Pameran tersebut diadakan Departemen Pengembangan Sabut Kelapa Kerala, India bekerjasama dengan National Coir Research & Management Institute.
"Kami terus melakukan komunikasi dengan sejumlah perwakilan untuk persiapan penandatangan kerja sama," tambahnya.
Perusahaan asal India yang sudah menjalin komunikasi dengan AISKI, antara lain Cocomats International, Sogebio Geotextile, Aroor Coir Mats & Mattings, Srimathi Exports, The Taj Coir Mills, Meta Classics Fibres, APEX dan Fair Trade India. Sedangkan dari Srilanka adalah Circle 5 Eco Plantations Lanka Ltd.
Indonesia yang dikenal sebagai produsen buah kelapa terbesar di dunia dengan luas areal kebun kelapa 3,8 juta hektar, masih tertinggal jauh dari Srilanka dan India dalam hal pemanfaatan sabut kelapa.
Meski Srilanka hanya memiliki areal kebun kelapa seluas 0,4 juta hektare dan India memiliki areal kebun kelapa seluas 1,9 juta hektare, namun keduanya mampu memasok 70 persen kebutuhan sabut kelapa dunia.
Sementara Indonesia baru mampu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap kebutuhan sabut kelapa dunia yang jumlahnya mencapai 500.000 ton per tahun.
Secara nasional, Indonesia baru mampu mengolah sabut kelapa sekitar 3,2 persen dari total produksi sekitar 15 miliar butir per tahun. Dengan demikian, jumlah sabut kelapa Indonesia yang belum diolah menjadi komoditas bernilai ekonomi mencapai 14,5 miliar butir per tahun.
Pengusaha Sabut Kelapa India dan Srilanka Jajaki RI
Rabu, 13 Maret 2013 16:48 WIB