Pontianak (Antara Kalbar) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Kalimantan Barat tetap optimistis bisa menerapkan kurikulum 2013,
meskipun dihadapkan berbagai keterbatasan dan kendala di lapangan.
Kendala pnerapan kuirikulum baru tersebut terkait dengan sumber daya
manusia (SDM) hingga sosialisasi kurikulum baru yang belum bisa
dijalankan akibat dokumen resmi dari Jakarta hingga kini belum diterima.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Kalbar Sunyata menyatakan hingga saat ini belum menerima
dokumen resmi kurikulum tahun 2013, sehingga pihkanya belum bisa
melakukan sosialisasi di seluruh kabupaten dan kota di Kalbar.
"Kami baru bisa melakukan sosialisasi secara parsial tentang rencana
penerapan kurikulum tahun 2013 di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu
Raya," ungkapnya.
Sosialisasi parsial itu sekadar yang diketahuinya dari informasi
pejabat Jakarta yang datang ke Kalbar atau info dari berbagai media yang
diterimanya.
"Penerapan kurikulum tahun 2013 rencananya dimulai tahun ajaran baru
2013/2014, yang rencananya penerapannya dilakukan secara bertahap
dengan sekolah yang terakreditasi A dan B," ujarnya.
Perubahan dalam kurikulum baru, dari segi struktur untuk kurikulum
SMA, misalnya, ada mata pelajaran wajib dan pilihan. Untuk SMK ada
penambahan jenis keahlian berdasarkan kebutuhan.
Guru tak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, dan pembelajaran
tidak hanya dalam ruang kelas, namun bisa di lingkungan dan masyarakat,
katanya.
"Selengkapnya kurikulum 2013 belum tahu. Tapi setelah diterima dokumen resmi pasti segera disosialisasikan," kata Sunyata.
Bagi para guru, adanya kurikulum 2013 ini mau tak mau mesti
mnejalankannya. "Mau tidak mau penerapan kurikulum tahun 2013 memang
harus diterapkan, karena sudah aturan dari pemerintah pusat," ujar Yuni
salah seorang guru di Kecamatan Pontianak Utara.
Ia berharap penerapan kurikulum tahun 2013, tidak ada kaitannya
dengan politik, karena dia khawatir penerapan kurikulum baru itu, ada
kaitannya dengan politik, karena setiap pergantian menteri pendidikan
dan kebudayaan selalu ada perubahan, termasuk kurikulum.
Sepengetahuan Yuni, hingga kini penerapan kurikulum tahun 2004 saja
belum bisa disampaikan sepenuhnya kepada siswa dan siswi Sekolah Dasar
di lingkungan wilayah Kalbar. Mungkin saja karena wilayah Kalbar yang
sangat luas dan masih cukup banyak sekolah terpencil, juga karena tenaga
pendidikan di wilayah perbatasan dan terpencil masih kurang.
SDM Terbatas
Dengan wilayah Kalbar yang luas, setara luas Jawa dan Bali, kendala
yang harus ditangani menyongsong Kurikulum 2013 adalah perlunya tenaga
dan waktu luas untuk mensosialisasikan hingga mencapai pemahaman yang
diharapkan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Alexius Akim
mengungkapkan penerapan kurikulum tahun 2013, posisi pihaknya tidak
berada dalam siap atau tidak siap, karena bagaimana pun harus siap
melaksanakan program pemerintah pusat tersebut.
Namun ia mengingatkan kepada pemerintah pusat agar dalam
pemberlakuan kurikulum baru ini hendaknya didukung pendanaan atau
anggaran yang maksimal sehingga bisa berjalan sesuai keinginan.
"Kalbar memiliki daerah yang luas sehingga untuk sosialisasi dan
penjabaran kurikulum baru itu, harus didukung dana yang memadai," kata
Alexius Akim.
Selain itu ia mengharapkan kegiatan sertifikasi guru lebih
dipercepat dan diperluas, mengingat guru yang bersertifikasi di Kalbar,
saat ini baru sekitar 24 persen dari 78 ribu guru atau 18.720 guru yang
tersebar di 14 kabupaten/kota di Kalbar.
Belum lagi di Kalbar, kata Akim, tantangan sebenarnya pemberlakuan
kurikulum 2013, titik beratnya sebenarnya pada peningkatan sumber daya
manusia (SDM) para guru, sementara di Kalbar ini sebagian besar guru
masih belum bersertifikasi.
Menurut dia, guru yang bermutu akan bisa mengarahkan proses
pembelajaran yang baik yang memang diharapkan pada kurikulum baru ini.
Dalam pengamatan, pakar studi pendidikan dari Universitas
Tanjungpura Pontianak, Dr Aswandi, menekankan penerapan kurikulum tahun
2013, sebaiknya secara bertahap mulai dari jenjang terbawah, karena
hingga kini masih banyak guru yang belum mengetahui secara pasti
kurikulum baru tersebut, dan mengubah pola pembelajaran agar sesuai
Kurikulum 2013 tidak bisa mudah.
Menurut Aswandi, kurikulum tahun 2013, lebih menitikberatkan pada
sistem pengajaran yang mengacu pada tiga basis pola pendidikan, yakni
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. "Ketiga pola tersebut
merupakan kebalikan pola pendidikan yang selama ini diterapkan. Ini
adalah hal yang tidak mudah dan seharusnya memerlukan waktu yang
matang," ujarnya.
Belum lagi, dalam kurikulum 2013 pemerintah melakukan
penyederhanaan terhadap mata pelajaran yang terintegrasi, seperti mata
pelajaran IPA dan IPS, dimana pada kurikulum tahun 2013 hanya menjadi
sisipan pada mata pelajaran lain, seperti pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
"Kondisi ini tidak mudah dalam mendidik para guru agar bisa
menerapkan Kurikulum yang sangat berbeda dari sebelumnya," katanya.
Meskipun begitu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Kalbar Sunyata menegaskan, pihaknya tetap pada
psoisi optimistis kurikulum tahun 2013 bisa diimplementasikan di seluruh
kabupaten/kota di Kalbar, walau ada berbagai kendala.
Nantinya, setelah perangkat dokumen asli kurikulum tahun 2013
dikirim oleh pemerintah pusat ke pemerintah provinsi, beserta perangkat
dokumennya, maka pendanaannya untuk kabupaten/kota dialokasikan
menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Intinya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar dan
kabupaten/kota siap mendukung dan mensukseskan program kurikulum tahun
2013," kata Sunyata.
Kalbar Optimistis Kurikulum Baru di Tengah Keterbatasan
Sabtu, 20 April 2013 17:04 WIB