Masa pensiun identik dengan waktu istirahat bagi para pekerja yang sudah lanjut usia, sehingga biasanya mereka tidak lagi bekerja dan hanya berkegiatan untuk menikmati sisa usia mereka.
Namun bagaimana jika uang pensiun yang mereka terima jumlahnya terbatas dan ternyata tidak cukup untuk membiayai hidup setelah tidak lagi bekerja.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang telah 55 tahun menjalani bisnis perbankan yang banyak berhubungan dengan para pensiunan memiliki Program Daya, program untuk memberdayakan nasabah dengan memberikan kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang hidup yang lebih baik.
Penerima Program Daya adalah seluruh nasabah BTPN yang meliputi pensiunan, pelaku usaha mikro dan kecil serta komunitas prasejahtera produktif.
Khusus untuk pensiunan, Program Daya bukan saja membantu kebutuhan jasa dan produk keuangan seperti memberikan kredit, tetapi juga kebutuhan agar para pensiunan hidup sehat dan bisa berwirausaha.
Berbagai kursus berwirausaha rutin diberikan kepada para pensiunan sehingga bisa mendorong mereka untuk berusaha dan bisa meningkatkan pendapatan di hari tuanya.
Seperti yang dilakukan Kantor BTPN Purna Bakti Semarang pekan lalu yang menggelar pelatihan wirausaha kepada 25 nasabah pensiunan dengan materi pembuatan kue, bekerja sama dengan sebuah perusahaan tepung terigu.
Area Daya Spesialis Kantor BTPN Purna Bakti Semarang, Umi Kulsum menjelaskan pelatihan ini rutin dilakukan tiap dua bulan di beberapa kantor BTPN Semarang yang materinya bisa bermacam-macam, seperti pelatihan ternak lele dan pelatihan manajemen usaha.
Di kantor BTPN wilayah Jateng selama Maret 2012 - Maret 2013, tercatat telah dilakukan 593 kali pelatihan kepada 7.200 nasabah pensiunan.
Sementara untuk tingkat nasional, program Daya telah menjangkau 1,27 juta penerima manfaat atau naik 51 persen dibandingkan periode Maret 2012 sebesar 841.803 penerima manfaat. Sedangkan jumlah aktivitas Program Daya selama triwulan I naik 75 persen dari 8.645 menjadi 15.106 aktivitas.
Kegiatan pelatihan wirausaha kepada pensiunan ini selalu mendapatkan respon yang besar, karena para pensiunan ini memang sangat mengharapkan adanya sebuah kegiatan yang menguntungkan di masa tuanya.
Antusias
Antusias para pensiunan sangat terlihat dalam pelatihan pembuatan kue "onde-onde ketawa" dan brownies kukus yang digelar di ruang pertemuan kantor BTPN Purna Bakti itu.
Pensiunan yang kebanyakan ibu-ibu tekun mengikuti praktik pembuatan kue tersebut dan aktif bertanya berbagai hal terkait usaha pembuatan kue.
"Apa yang harus dilakukan biar usahanya untung mas," kata Bu Diah salah satu peserta kepada pengajar masak siang itu Sihono.
"Usaha itu harus untung bu, kita bisa mengatur harga jual produksi kita disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan seperti overhead cost dan labour cost," jawab Sihono
"Aduh jangan pake bahasa Inggris mas Sihono," kata Bu Diah menimpali jawaban Sihono.
Umi Kulsum mengatakan selain kegiatan pelatihan wirausaha seperti ini, BTPN juga memberikan bimbingan konsultasi usaha kepada para pensiunan yang sudah mulai berusaha serta memberikan bantuan untuk promosi usaha dan pemasaran seperti dengan memberikan tempat berdagang pada bazar yang dilakukan sebulan sekali di kantor BTPN Purna Bakti.
Mimpi di hari tua
Di antara 25 pensiunan itu, salah satunya yaitu Siti Rohana (57) telah menjadi pengusaha kue yang cukup berhasil setelah mengenal dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar BTPN.
Pada awalnya Rohana mengenal BTPN pada 2001, saat mengambil pensiunan suaminya pegawai PT KAI yang meninggal pada tahun itu.
Mengetahui uang pensiun suami hanya sebesar Rp600 ribu, Rohana yang kala itu masih membiayai dua putranya yang kuliah langsung berpikiran untuk mengambil kredit untuk berusaha produksi kue untuk terus membiayai kuliah putranya.
Niat Rohana mengambil kredit mendapat dukungan BTPN yang membantu promosi dan pemasaran produk kue kering yang dibuat Rohana di rumahnya.
Dari pelatihan yang diberikan BTPN, Rohana mulai memberi label pada produknya. "Ananda" menjadi merek yang dipilih Rohana sesuai dengan niat berusahanya untuk membiayai anandanya melanjutkan kuliah.
Dari berbagai kegiatan itu, usaha Rohana mulai meningkat dengan produk yang semakin beragam seperti abon lele dan ikan crispy bermerek "Iwaknyus".
Bazar yang digelar BTPN setiap bulan ternyata menguntungkan Rohana, bukan saja karena banyaknya pembeli tetapi juga dengan kehadiran seorang pejabat di Dinas Koperasi di Semarang yang mengundangnya untuk berpameran Semarang dan di berbagai kota termasuk Jakarta.
Bisnis kue kering dan ikan crispy Rohana terus membesar dan saat ini sudah beromset sekitar Rp20 juta per bulan dengan laba sekitar Rp7 juta per bulan.
Bukan itu saja, Rohana yang sekarang menjadi Ketua UKM Aneka Boga Semarang sering bepergian keluar kota untuk mengikuti berbagai pameran UKM serta menjadi motivator dalam kegiatan-kegiatan pelatihan UKM baik di BTPN dan di Dinas Koperasi Semarang.
"Kata anak saya 'dream come true', impian saya tercapai, karena anak-anak saya sudah lulus kuliahnya dan sudah bekerja semua. Bahkan jadi sering naik pesawat. Dream come true," katanya.
Rohana menjelaskan prinsipnya dalam berusaha yaitu berani berusaha, karena dengan berani maka semua jalan mudah-mudahan akan terbuka untuk mencapai keinginan yang diimpikan.
Artikel - Pensiunan Tetap Bisa Meraih Mimpi Melalui Wirausaha
Minggu, 19 Mei 2013 21:15 WIB