Jakarta (Antara Kalbar) - Pengamat ekonomi, Ninasapti Triaswati, mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak serta merta menghemat APBN karena belum tentu akan mengurangi konsumsi solar dan premium bersubsidi.
"Menurunkan konsumsi BBM tidak akan mudah. Apalagi dengan jumlah kendaraan saat ini, Indonesia tidak akan bisa menghemat BBM dari sisi volume," kata Triaswati, di Jakarta, Jumat.
Prediksi pemakaian BBM untuk 2013 adalah 51 juta kiloliter dan penjualan kendaraan roda empat baru pada 2012 lebih dari 1,1 juta unit dari berbagai jenis, merek, dan tipe. Akibatnya, kemacetan makin menekan produktivitas nasional.
Dia mengatakan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut mendorong peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan otomatis menambah konsumsi BBM berujung pada pengeluaran negara di sektor BBM.
Hal itu terbukti dengan peningkatan volume konsumsi BBM bersubsidi setiap tahun.
Saat ini, kata Triaswati, jumlah mobil di Indonesia sudah mencapai 11 juta unit dan jumlah motor mencapai 90 juta unit. Semua kendaraan itu memerlukan bahan bakar, sehingga volume BBM tidak akan menurun.
"Pola subsidi BBM selama ini sudah salah. Seharusnya yang disubsidi adalah orang, bukan kendaraan. Kalau punya mobil, punya motor, bisa dipastikan mereka tidak termasuk 40 persen masyarakat termiskin yang layak mendapatkan subsidi," tuturnya.
Untuk menekan volume konsumsi BBM, dia mengatakan, kuncinya mendiversifikasi energi. Dia mengatakan, "Sepanjang Indonesia belum mampu melakukan diversifikasi energi, ketergantungan terhadap BBM masih akan tinggi dan impor minyak juga akan tinggi."
"Karena itu, neraca perdagangan kita masih akan dibebani impor BBM sehingga devisa kita masih akan tertekan kecuali neraca ekspor nonmigas bisa dipicu sehingga meningkat pesat. Apalagi, neraca perdagangan jasa kita juga masih defisit," katanya.
Dia mengatakan, apabila neraca perdagangan masih terbebani dan Indonesia masih kekurangan devisa, Bank Indonesia akan kesulitan menjaga nilai tukar rupiah.
Karena itu, selama Indonesia masih tergantung pada BBM impor, nilai tukar rupiah secara tak langsung pasti akan terkena imbas.
(Ant News/D018/A013)