Pontianak (Antara Kalbar) - Staf Khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Daniel Johan, menyatakan Kalimantan Barat mempunyai peran penting dalam mendorong nasionalisme khas Indonesia.
"Ada peran putra Kalbar yang ikut merancang Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik Indonesia dan menempatkan Pancasila sebagai perisai bangsa," katanya di Pontianak, Jumat.
Di sela-sela kunjungan ke Sintang, Pontianak, ia menjelaskan hal itu menjadi bukti sejarah bahwa Kalbar menjadi bagian utama yang mendorong kesadaran nasionalisme khas Indonesia.
"Indonesia bisa merdeka utuh dari Sabang sampai Merauke karena seluruh elemen rakyat memiliki komitmen dalam memegang Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup berbangsa," katanya.
Namun, katanya, Indonesia kini menghadapi krisis nasionalisme sehingga makin tertinggal dengan bangsa-bangsa lain, karena itu Kalbar perlu mengambil peran sejarah kedua guna mengukuhkan kembali nasionalisme ke dalam jiwa rakyat Indonesia.
"Indonesia dulu berjuang untuk merebut kedaulatan agar terbebas dari penjajahan asing, namun sekarang justru semakin tidak berdaulat.
Dulu, rakyat merebut kemerdekaan agar bisa mandiri, namun sekarang ketergantungan terhadap asing begitu besar, bahkan kebutuhan pokok rakyat saja impor semuanya," katanya.
Sebagai bangsa yang besar, kata Wakil Sekjen DPP PKB itu, Indonesia belum juga memiliki kedaulatan pangan, ekonomi, politik, dan energi.
"Kebutuhan pokok rakyat kita sebagian besar masih tergantung kepada impor, padahal Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang subur, bahkan dulu sebagai pemasok rempah-rempah dunia," katanya.
Daniel mengatakan ekonomi Indonesia semakin dikuasai asing, mulai dari perbankan yang menjadi "jantung" ekonomi suatu bangsa hingga kebutuhan dasar rakyat seperti perusahaan air dan telekomunikasi.
Belum lagi sumber daya alam mulai dari minyak, batu bara, emas, semuanya mayoritas asing.
"Padahal waktu zaman Belanda, Indonesia belum menggunakan sumber daya mineral, namun hal itu sudah membuat Kerajaan Belanda kaya raya. Sekarang saat sumber daya mineral semuanya sudah dieksploitasi, rakyat Indonesia tetap miskin. Ini semua terjadi karena nasionalisme kita telah runtuh," katanya menegaskan.
Menurut dia, krisis nasionalisme itu terjadi karena banyak pemimpin yang mendapat amanah rakyat hanya memikirkan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Selain itu, toleransi dan kesadaran berbhinneka sebagai bangsa juga semakin terancam.
"Wujud paling nyata dari krisis nasionalisme adalah semakin massifnya korupsi dan tidak berjalannya hukum secara tegas dan adil," kata dia.
Ia yakin hanya dengan lahirnya pemimpin yang lurus dan berani menegakkan kedaulatan dan hukum sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 yang mampu menyelamatkan bangsa ini.
"Jangan pernah salah memilih pemimpin. Kalbar bisa memulai perubahan tersebut untuk Indonesia. Itu adalah tugas sejarah kita bersama. Kemerdekaan formal tidak ada artinya bila bangsa ini tetap tidak berdaulat, mandiri, dan terus bergulat dengan kemiskinan," katanya.