Pontianak (Antara Kalbar) - Wakil Bupati Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Livingstone Sango mengunjungi Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, untuk mengetahui pembangunan berkelanjutan di kawasan konservasi yang masuk wilayah Heart of Borneo (HoB).
"Serta bagaimana langkah-langkah pengelolaan taman nasional yang sudah dilakukan, khususnya di Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK), dan hasilnya untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata Livingstone saat berkunjung ke Kantor WWF - Indonesia Program Kalbar di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan, Kabupaten Sigi dibentuk tahun 2008, dan memiliki satu kawasan Taman Nasional, yaitu Lore Lindu. Secara keseluruhan, 75 persen dari kawasan Kabupaten Sigi merupakan kawasan hutan, termasuk taman nasional, hutan lindung, dan hutan produksi.
Ia mencontohkan di Kecamatan Lindu, terdapat danau dengan potensi perikanan mencapai 2 ton per hari pada saat musim panen, serta sumber pendapatan masyarakat dari perkebunan coklat dengan produksi 2-3 ton per hari.
Koordinator Komunikasi dan Kampanye WWF-Indonesia Progam Kalbar, Jimmy Syahirsyah, menyampaikan bahwa WWF sudah memulai kerja-kerja di bidang konservasi di Kapuas Hulu sejak tahun 1997.
"Dimulai dengan serangkaian penelitian dan survei dalam berbagai disiplin ilmu guna menyusun Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Betung Kerihun 1999-2024" kata Jimmy.
Sementara hingga tahun 2013 ini, ada sejumlah pencapaian melalui beberapa program kerja, yang mencakup aspek-aspek ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi, baik yang dilakukan di sekitar TNBK dan wilayah Kapuas Hulu lainnya, maupun di kabupaten lain di Kalbar seperti Sintang, Melawi, Sambas, Ketapang dan Kubu Raya
Kabupaten Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi, memiliki dua Taman Nasional TNBK dan TNDS (Taman Nasional Danau Sentarum) yang lebih dari 55 persen kawasannya merupakan kawasan konservasi dan kawasan lindung.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kapuas Hulu 2011-2031, Kapuas Hulu telah mencanangkan Ekowisata Berbasis Masyarakat sebagai visi pembangunan wilayahnya.
Bupati Kapuas Hulu AM Nasir mendapat kehormatan menyampaikan ekspos Ekowisata di Wilayah HoB (Kapuas Hulu) pada side event APEC di Bali, 3 Oktober lalu. Ekowisata Kapuas Hulu dinilai merupakan salah satu bentuk kewirausahaan dan ekonomi kreatif oleh masyarakat adat dan masyarakat lokal berbasis pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian budaya setempat yang bisa menjadi pembelajaran bagi daerah lain di Indonesia.
Koordinator Program Pemberdayaan Masyarakat, WWF-Indonesia Program Kalbar Anas Nashrullah mengatakan, dialog bersama dengan berbagai pihak intinya untuk membahas bagaimana strategi mendapatkan atau menciptakan sumber-sumber ekonomi masyarakat dengan tetap melestarikan kawasan hutan.
"Kami menyampaikan beberapa pengalaman tentang strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekonomi hijau," kata dia.
Kemudian,menyampaikan kerja-kerja kolaborasi bersama Pemda dan masyarakat untuk efektifitas pengelolaan kawasan konservasi, serta inisiatif-inisiatif masyarakat lokal tentang pengelolaan ekonomi berkelanjutan yang sudah diakui dalam kebijakan pemerintah.
"Dengan kondisi dimana 75 persen wilayah Kabupaten Sigi adalah kawasan hutan, pilihan mendeklarasikan diri sebagai `Kabupaten Konservasi` disarankan sebagai salah satu strategi untuk mendorong lahirnya kebijakan yang adil terhadap kabupaten-kabupaten yang selama ini sudah menjaga hutan," ujar Anas.
Untuk itu, ia menyarankan perlunya membangun jaringan komunikasi antar kabupaten yang memiliki kesamaan pandang terhadap perlindungan kawasan hutan di wilayahnya.
Livingstone Sango, beserta rombongan melakukan kunjungan selama tiga hari (7-9 Oktober 2013) ke Kalbar. Ia didampingi Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sigi, Andi Aco, Kepala Bappeda Kabupaten Sigi, Nurzain , Kepala Bidang Teknis Balai Taman Nasional Lore Lindu, Ahmad Yani, dan staf Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi, serta perwakilan masyarakat dari Kecamatan Lindu.
Pemkab Sigi Pelajari Pembangunan Berkelanjutan di Kapuas Hulu
Selasa, 8 Oktober 2013 13:22 WIB